Jumat, 26 Oktober 2012

ROCK IN SOLO : KINGDOM METAL FEST 2012, SINGGASANA CANNIBAL CORPSE DI KOTA BENGAWAN


Rock In Solo : Kingdom Metal Fest 2012, gelaran keenam pesta metal terbesar dari tanah Jawa berlangsung dengan lancar pada Sabtu,13 Oktober 2012 di Alun Alun Utara Solo.Selama 11 jam, 35 band cadas dari dalam dan luar negeri memborbardir tiga buah panggung besar yang berdiri berderet di sisi timur laut Alun – Alun Utara Solo. Sebuah perhelatan yang pantas diacungi jempol meski beberapa hal juga harus menjadi catatan. 


Menurut jadwal, acara seharusnya dimulai pada pukul 11.00 WIB. Namun karena sang headliner Cannibal Corpse baru tiba di Solo pada pukul 09:30 WIB dan melakukansoundcheck hingga pukul 12:30 WIBmaka acara pun terpaksa molor hingga 2 jam. Pukul 12:45 pintu masuk untuk penonton baru dibuka.

Suasana di dalam venue masih terlihat sepi ditambah cuaca yang sangat panas. Beberapa saat setelah dibukanya pintu masuk, MC membuka acara di 2 stage yang berbeda, yaitu stage B dan C yang terletak di samping kiri dan kanan stage utama (stage A). Band metal asal Solo Undergreed membuka acara di stage B bersama band metal asal Jogja HandsOf Midas di stage C. Stage A kemudian menyusul dengan menampilkan rombongan hip-hop asal kota Solo, Trah Gali Soulja. Meskipun bukan dari genre Rock/Metal, dengan kostum dan bertopeng ala Slipknot, Trah Gali Soulja mampu memanaskan panggung dan menarik perhatian penonton lewat musik mereka.

Stage B kembali bergemuruh menampilkan band death metal asal Bandung Devormity serta garda death metal Eastern Gate asal Solo, Problem Overstay di stage C. Hanyasekitar 2 buah lagu yang mereka mainkan, karena molornya waktu acara sehingga durasitampil di panggung pun diperketat, dan hal ini pun juga berlaku untuk band-band berikutnya.

Stage A kembali dipanaskan oleh band metal asal Semarang, Tiyank Ndusun. Suasana didalam venue sudah mulai ramai saat band asal Semarang lainnya Sunday Sad Story tampil di stage C. Kerumunan penonton pun terbagi menjadi dua antara stage C dan stage B yang di saat bersamaan dipanaskan oleh Fearless, band metalcore asal Solo. Setelah itu Stage A kembali diguncang oleh gerombolan Solo lainnya, Werewolf. Dengan gaya energik, sang vokalis Fajar menyerukan kepada penonton untuk segera merapat ke stage A, namun mereka hanya membawakan 2 lagu saja.

Pukul 2.45 unit slam death metal asal Solo Hydroshepalus sukses membakar stage B dengan beat-beat khas slam death metal dan vokal guttural mereka, bersamaan dengan itu, ada Unremains yang tampil di stage C. Menjelang sore, penonton semakin ramai. Soulsaver kemudian mengambil alih Stage A, rombongan death metal asal Purwokerto ini memasang bendera Palestina dan Indonesia di depan panggung, mungkin ini bukti bahwa mereka peduli kepada rakyat Palestina dan melalui lagu-lagu merekaada pesan yangingin disampaikan kepada penonton.

Salahudin Al-Ayubi tampil di Stage C sesaat setelah Soulsaver selesai. Band metalcore asal Solo ini terasa tampil hanya sebentar karena mereka hanya memainkan dua lagu dan dimainkan secara medley. Well, seperti disebutkan tadi, masalahnya karena durasi tampil yang harus dikurangi karena acara molor.

Stage A kembali ramai sesaat setelah jeda ashar saat rombongan hardcore kota Solo Never Again membakar panggung lewat lagu-lagu mereka, sementara suasana moshpitpun sangat ramai dan berdebu. Cuaca yang panas membuat tanah di dalam venue mengering. Stage B kemudian memunculkan band black metal asal BoyolaliBhrobosan.Tampil dengan menggunakan make up corpspaint, musik yang mereka usung mencampurkan black metal dengan budaya lokal, terdengar melalui suara vokalisperempuannya yang menyanyi seperti menyinden. Sementara stage C diisi oleh Incarnation, band death metal asal Jogja.

Memasuki sore hari, penonton yang datang semakin banyak. Mungkin karena suasana sudah tak terlalu panas lagi seperti siang harinya. Menjelang pukul 16:15, band gothic asalJakarta Dreamer tampil diatas panggung A. Setelah itu rombongan thrasher Jogjakartabernama Metallic Ass pun langsung menendang bokong para penonton lewat distorsi keras mereka yang memporak-porandakan stage C lewat 3 buah lagu yang dibawakan, termasuk lagu andalan mereka “Asu … Parkirnya Sepuluh Ribu!”

Setelah penonton digempur oleh Metallic Ass, di stage B muncul Anorma dari kota Malangsementara di stage C ada Nothing Special band punk dari Solo. Kerumunan penonton semakin banyak ketika pasukan hardcore Surabaya Devadata tampil di stage A. Bodhas cs. tampil beringas didepan penonton. Suara karakter vokal yang besar dan tajam memacu penonton untuk ber sing-along sepanjang Devadata tampil membawakan lagu-lagu mereka.

Barisan cultural black metal asal Solo, Makam, muncul di stage C pada sekitar pukul 16:30 WIB. Salah satu band metal veteran Solo ini mengusung kolaborasi dengan Karomlaku Ethnic Ensemble dari ISI Surakarta. Mereka memadukan metal dengan bunyi-bunyian dari alat tradisional nusantara seperti gamelan Jawa. Setelah Rock In Solo 2012, Makam berencana untuk fokus menyelesaikan penggarapan album terbarunya. “Album baru sudah lama digarap tapi belum kelar sampai sekarang. Pengennya bisa rilis secepatnya.” Kata Djiwo Ratriarkha, vokalis Makam ketika ditemui saat jumpa pers Rock In Solo dua hari sebelum festival digelar.

Revenge
Pengusung death metal bernama Killharmonic dari Kediri menyudahi penampilannya di stage B menjelang pukul 17:00 yang langsung disusul oleh penampilan Revenge di stage A. Band asal Jakarta ini tampil dengan membawakan lagu-lagu baru mereka yang terdapat dalam album kedua“Prelude To Omega” serta sebuah single terbaru yang baru saja dirilis.

Revenge menyudahi sesi siang Rock In Solo 2012 pada pukul 17:15 WIB. Acara pun direhatkan sejenak saat memasuki jeda magrib dan isya. Ketiga panggung sepi dari gempuran band – band , sementara para penonton memanfaatkan jeda selama hampir dua jam itu untuk beristirahat, ke toilet, makan dan sholat. Waktu jeda setelah azan magrib diisi oleh kemunculan kelompok Tari Liong sebagai bentuk perlambang keberagaman budaya di kota Solo.

Diguyur hujan

Hujan yang lumayan deras mengguyur Alun – Alun Utara pada pukul 19:00 WIB sesaat setelah usai break magrib dan Isya. Namun acara tetap jalan terus. Di saat hujan deras mengguyur, dua panggung yaitu stage B dan C digempur secara bersamaan oleh rombongan death metal asal Singapore Nafrat di stage C dan band thrash asal Jakarta, Speedkill di stage B. “Waw…the rain is falling down heavily.” ujar Cedric, vokalis Nafrat setelah mereka menyelesaikan lagu pertamanya. Penonton nampak tak terlalu menggubris hujan yang turun. Mereka tetap menggila di depan stage C. Atau mungkin malah senang karena merasa lebih segar?

Suasana yang kurang lebih sama terjadi di stage B di mana Speedkill sedang menggeber jatah tampilnya. Vokalis Speedkill Unbound berujar kepada penonton bahwa hujan bukan suatu masalah. “Teroris aja kalian ngga takut, apalagi hujan.” katanya yang disambut riuh metalhead di depan stage B.

Legiun death/black metal asal Melbourne, Australia, Belligerent Intent muncul di stage A menjelang Nafrat dan Speedkill mengakhiri penampilannya pada pukul 19:20 WIB. Hujan perlahan mulai mereda saat band yang dimotori oleh vokalis/bassist Craig Omen ini tampil. Hampir selama 30 menit mereka memanaskan stage A. Craig tak mampu menyembunyikan rasa puasnya setelah tampil di Rock In Solo 2012. “The crowd is fuckin mad” ujarnya saat ditemui di backstage. Matt sang drummer kemudian menunjukkan sebuah foto ribuan metalhead yang diambil menggunakan handphonenya sambil berujar “This is insane”.

Aftercoma
Salah satu band lokal yang cukup dinantikan malam itu adalah Aftercoma. Rombongan asal Bandung ini menghajar stage B menjelang pukul 20:00. Durasi 20an menit seolah tak cukup untuk merangkum energi yang dikeluarkan oleh Aftercoma. Di saat bersamaan, di stage C ada pengusung hardcore asal Solo Spirit Of Life yang sibuk memberondong kerumunan penonton di depan mereka.

Berikutnya ada Dead Vertical yang mengguncang stage A. komposisi lagu yang pendek dan cepat tipikal grindcore digelontorkan oleh trio asal Jakarta ini. Setelahnya ada Parau, pengusung metalcore asal Bali yang menghajar stage C. Parau menjadi band terakhir yang menggebrak stage C Rock In Solo 2012. Hampir bersamaan dengan Parau, di stage B juga tampil pengusung black metal asal Solo, Bandoso. Aroma kemenyan menyengat di sekitar stage B saat mereka memainkan setnya dengan tampilan make up corpse paint serta boot dan outfit hitam – hitam. Album terbaru Bandoso “Semesta Paradoks” baru – baru ini dirilis pada 16 Oktober 2012.

Man Jasad
Sesaat sebelum Bandoso mengakhiri penampilannya, di stage A pun tercium aroma hio yang cukup menyengat dibarengi dengan gempuran death metal ala Jasad. Pionir asal Ujung Berung ini pun memberondong penonton yang sudah sangat menyemut di Alun – Alun Utara. Vokalis jasad Rohman tampil beda dengan setelan batik dan menghisap rokok, namun jangan ditanya suara yang keluar dari tenggorokannya. Inilah salah satu vokalis death metal terbaik yang dipunyai negeri ini.

Setelah Jasad masih ada Jeruji, rombongan hardcoremetalpunk asal Bandung ini tampil di stage B sekitar pukul 21:40 WIB yang sekaligus juga menjadi band terakhir yang tampil sebelum Cannibal Corpse memulai gempurannya. Saat Jeruji tampil, Rob Barrett, gitaris Cannibal Corpse sempat menonton penampilan mereka dari samping kiri panggung selama beberapa menit. Rombongan Cannibal Corpse memang sudah datang dan berada di backstage beberapa saat setelah Jeruji naik panggung. Jeruji menyudahi penampilannya sekitar pukul 22:00 WIB.

George “Corpsegrinder” Fisher… Your neck is made out of what, sir?

Setelah mengarungi jeda selama sekitar 30 menit dengan panggung yang gelap serta teriakan para metalhead yang memanggil – manggil nama Cannibal Corpse dan para personilnya, yang ditunggu – tunggu akhirnya muncul juga. Lima sosok tinggi berambut panjang nampak muncul di atas panggung yang masih gelap, namun bisa dikenali oleh para penonton. 


Yup! Raksasa death metal asal New York yang besar di Tampa, Florida, Cannibal Corpse akhirnya menggebrak stage A pada pukul 22:35 WIB dengan lagu pembuka “Demented Agression” dari album terbaru mereka, “Torture” yang dirilis pada bulan Maret 2012 lalu. Penonton langsung menggila digempur oleh track pertama dari album terbaru Cannibal Corpse ini. Meskipun drummer Paul Mazurkiewicz sempat agak kehilangan tempo pada bagian interlude, namun nampaknya penonton tak terlalu mengetahui hal itu dan terus melakukan crowd surfing dengan gila – gilaan.

Ada satu hal yang menjadi ciri khas Cannibal Corpse saat konser, yaitu gaya vokalisnya George “Corpsegrinder” Fisher yang terus – terusan melakukan windmill headbanging atau  headbang dengan memutar – mutarkan rambutnya menyerupai kincir angin atau baling helikopter di setiap lagu, sepanjang konser. George - yang malam itu mengenakan kaos Jasad - hanya berhenti headbanging saat dia menyanyi, selebihnya tak pernah dia lewatkan tanpa melakukan headbang. Dibutuhkan keseimbangan tubuh yang luar biasa untuk bisa melakukan hal itu disamping juga kekuatan leher yang tidak main – main. Melakukan aksi headbang ekstrim seperti itu, bagi orang biasa mungkin akan sangat memusingkan, kehilangan keseimbangan, terjatuh atau mungkin malah pingsan. Tapi bagi George, hal seperti itu sepertinya mudah saja. Something habit, and for sure he’s been doing it for years.

Aksi windmill headbanging George Fisher, gebukan drum yang rapat dari Paul Mazurkiewicz, gaya permainan finger bass Alex Webster serta distorsi pekak dan solo – solo gitar yang cepat dan tajam dari duo gitaris Rob Barrett dan Patrick O’ Brien menjadi suguhan yang seolah meminta Kota Solo untuk jangan cepat – cepat tidur pada malam minggu yang sempat diguyur hujan. Beberapa lagu signature mereka seperti “Make Them Suffer” dan “Hammer Smashed Face” juga ikut digeber malam itu, sebelum akhirnya band yang terbentuk sejak 1988 itu menutup konsernya dengan “Stripped, Raped and Strangled” dari album keempat mereka “The Bleeding” (1994).

Alex Webster, ramah dan murah senyum
Tepat pukul 00:00 WIB Cannibal Corpse mengakhiri gempurannya yang harus diakui sangat rapi dan konstan tanpa banyak kesalahan yang mengganggu. Stephanus Adjie, pentolan band metalcore andalan Solo Down For Life pun tak bisa menyembunyikan kekagumannya. “Mereka seperti sedang muter CD saja.” komentar Adjie via Twitternya. 

Cannibal Corpse tengah menjalani tur dunia setelah merilis album terbarunya “Torture” pada Maret 2012 dan saat ini mereka tengah menggempur kawasan Asia. “Di Asia kami sudah tampil di Thailand dan sekarang di sini. Setelah ini kami akan ke Jepang. Ini pertama kalinya kami ke Indonesia. Bukan hanya indonesia tapi juga pertama kalinya di China dan Thailand. Sampai saat ini kami sudah menjalani sekitar 50an show (dalam tur dunianya) dan mungkin masih ada sekitar 150 show lagi atau lebih, sampai tahun depan. Aku kurang tahu.” Kata Alex Webster saat ditemui ketika hendak melakukan soundcheck siang hari di venue.

3 panggung, 35 band dan ribuan metalhead

Ada beberapa hal positif yang patut dicatat dalam penyelenggaraan Rock In Solo 2012. Dibandingkan tahun lalu, penyelenggaran tahun ini lebih variatif dari segi genre musik dan performer. Hal ini bisa dilihat dengan tampilnya kelompok hip hop Trah Gali Soulja. Dari genre rock pun tak melulu menyodorkan corak – corak yang selama ini sudah akrab di kalangan metalhead seperti metalcore, thrash metal atau death metal. Tampilnya band – band punk seperti Tendangan Badut dan Nothing Special menunjukkan bahwa festival ini berusaha sebisa mungkin untuk mengakomodir segala genre musik rock.

Panggung yang didesain berjejer juga patut diacungi jempol. Meski menghadirkan tiga panggung dengan ukuran yang cukup besar, namun dengan penempatannya yang berjejer membuat para penonton semakin mudah untuk menyaksikan dan memilih band yang ingin ditontonnya. Mereka hanya harus bergerak dari kiri ke tengah dan ke kanan atau sebaliknya, tidak harus berjalan terlalu jauh dari panggung ke panggung seperti penyelenggaraan tahun lalu yang cukup melelahkan. Hal ini penting karena menonton konser musik cadas sangat berbeda dengan menonton konser jenis musik lain, karena dibutuhkan stamina yang tidak sedikit untuk berekspresi seperti headbanging, crowdsurfing atau wall of death dengan frekuensi yang berkali – kali. Dengan desain panggung berjejer, para penonton tak perlu menghabiskan tenaga terlalu banyak untuk berjalan dari panggung ke panggung. Format panggung berjejer ini pun sudah mahfum di festival – festival metal besar internasional seperti Wacken Open Air dan Hellfest.

Hal positif lain yang juga patut dicatat adalah adanya fasilitas untuk memenuhi kebutuhan penonton yang lebih lengkap dibandingkan sebelumnya. Tenant food and  beverage yang lebih banyak dan variatif, tiga buah toilet portabel (termasuk yang di backstage), rest area, paramedis, serta tempat ibadah sangat membantu kebutuhan para penonton. Dengan konsep festival di mana penonton yang sudah masuk venue tidak dibolehkan keluar lagi, memang sudah sewajarnya fasilitas di dalam venue dilengkapi.

Metalhead dari luar kota berduyun - duyun ke Solo
Sementara untuk catatan kritik, tentu saja tentang jadwal acara yang molor. Tapi ini bukan semata - mata kesalahan The ThinK sebagai pihak penyelenggara. Semua memang terjadi tanpa bisa tercegah. Cannibal Corpse baru tiba di Kota Solo pada pukul 09:30 dan baru melakukan soundcheck pada pukul 11:00 WIB, di mana seharusnya acara sudah dimulai. Alex Webster dkk membutuhkan hampir dua jam untuk memastikan semua peralatan mereka telah siap dan tertata sesuai keinginan mereka, sehingga acara baru bisa dimulai pukul 13:00 WIB. Komplimen justru layak disematkan kepada penyelenggara yang kemudian bekerja keras agar acara tidak molor terus – terusan dan juga kepada band – band sebelum Cannibal Corpse yang merelakan jatah tampilnya berkurang sekian menit, agar acara bisa selesai tidak terlalu larut malam.

Namun pada akhirnya hal itu tidak terlalu menjadi masalah. Band – band sebelum Cannibal Corpse memang dipotong jatah tampilnya demi kelancaran acara. Namun Cannibal Corpse sendiri malam itu tampil profesional. All out dan maksimal, memuaskan ribuan metalhead sekaligus band – band yang tampil sebelumnya. In the end, everybody is happy 

Akhir kata, penyelenggaraan Rock In Solo : Kingdom Metal Fest 2012 bisa dibilang berjalan dengan baik. Jumlah penonton yang setidaknya mencapai sekitar 8.000 orang menunjukkan bahwa festival ini memang salah satu yang terbesar di Indonesia. Skena musik rock/metal kota Solo nampaknya memang memiliki grass root yang solid yaitu komunitas pelaku dan penggemar musik cadas itu sendiri yang mampu bergerak secara sinergis dan semakin saling mendukung. Jika kondisi ini tetap kondusif, bukan tak mungkin ‘branding’ Kota Solo sebagai The City Of Rock bisa makin sahih, karena sebenarnya kota ini memang sudah memiliki akar skena rock dan metal yang cukup kuat sejak 40 tahun lalu.So, menarik untuk mengamati konsep dan ide apa lagi yang akan disuguhkan oleh Rock In Solo 2013 tahun depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar