Kamis, 28 Februari 2013

Bandung Berisik ''Versus The World''

"BANDUNG BERISIK MMXIII" - VERSUS THE WORLD - SABTU, 13 APRIL 2013 STADION SILIWANGI BANDUNG JASAD BURGERKILL SERINGAI SIKSA KUBUR NOXA JERUJI OUTRIGHT ROCKET ROCKERS ALICE AUMAN DEVADATA REVENGE THE FATE AND MANY MORE !!! Tiket Presale : Rp.35.000,- Bonus Gelang BB ( TERBATAS !! ) TICKET BOX AT : RSJ DISTRO - Cangkuang Jl.Banjaran - Soreang Bandung MOUTLEY - Jl.Diponegoro No.26 Bandung GOGS STORE - Jl.Buahbatu No.239 Bandung CHRONIC ROCK - Jl.Sawah Kurung No.19 Bandung RIOTIC - Jl.Sumbawa No.61 Bandung OMUNIUUM - Jl.Ciumbuleuit 151B Lt.2 Bandung AESTHETICS - Jl.Kolonel Masturi 182 Cimahi FH BOLD - Jl.Sulta Agung 3C Bandung LINOLEUM - Jl.Sari Asih Blok 3 No.21 Sarijadi Bandung Pieces - Jl.Rumah Sakit Ujungberung Bandung Reaktor - Jl.Tanjung Sari 251 Tanjungsari Tiket box lainnya segera diupdate !! For more info : www.bandungberisik.com

HELLPARTY "Queen Of Passion"

"HELLPARTY" adalah event kolektif bulanan HELLPRINT yg hampir 1 tahun ini vakum, dan mengawali tahun 2013 ini HELLPARTY akan dilanjutkan lagi dalam rangka soft opening dari Distro Hellprint Poster dan Stiker. dan untuk event kali ini sementara kolektif / udunan nya di hilangkan dulu. Tema HELLPARTY kali ini adalah "QUEEN OF PASSION". Dipastikan semua Band yang tampil diantara personilnya ada sesosok PEREMPUAN. Event ini menunjukan bahwa diantara kita ini ada beberapa wanita yg passion nya sangat tinggi ke musik indie / underground. Dan semoga Menginspirasi Wanita2 Lain Untuk Bisa Membuktikan Keberadaan Dan Totalitas Mereka Kepada Komunitas Ini Dan Menunjukan Bahwa Perempuan Pun Bisa Berkarya Tanpa Ada Batasan Apapun! HELLPRINT Proudly Present Soft Opening Distro Hellprint Poster & Stiker "HELLPARTY - QUEEN OF PASSION" Minggu, 24 Maret 2013 Indoor Pos 4 - Lanud Sulaiman Bandung Mulai Jam 10.00 - 19.30 WIB Featuring : RESTLESS GUGAT PORNOSTAR SKAMIGO DEMONSDAMN NOTHING NEW SUPER TETRA GIRLZEROTH TRAIN FOR FLY PIGPHOBIA YOUTHFULL AGGRESSION NECRO TERROR FAITH MUST PAIN LIFE AFTER DEATH BETWEEN TIRANI ONE SPIRIT FOR ALL ILLUTION OF THE DEATH FEARLESS ALERION ADELPHIA AZTEC 13 Harga Tiket Presale Rp 25.000,- Tiket Online : 331751F7 - Bewok : 089605042068 - Sassa : 089605044688 Tiket Box : HELLPRINT - RSJ DISTRO - ROCK N REBEL - DARK CASTLE - MAD DEVIL - HELICON - KEHED - CODENINE - LINOLEUM - INJUSTICE - DESTRUCTION - SAUNG SAUYUNAN - CHRONIC ROCK - SURGA DISTRO - MANGPRANG ATTACK - ULTRAS - BUPER - REAKSI ARE ME DIVISION - D-THRONE - HELL VS HEAVEN - BEDOG CEPOT - REMAINS - PIECES - DISTRO BUDAK HIDEUNG - BLACKBALL - XTAB DISTRO - AESTHETICS - SOUL NOISE - ROTTENSOUL - BABAUNG - FICTION - MAGNETIC - DISTRO PERSIB HARDCORE - ASEP MORGOTH METALMANIA

Senin, 25 Februari 2013

Sejarah Bandung Underground

SALAH BESAR JIKA MENGANGGAP BANDUNG UNDERGROUND HANYA SEBUAH SCENE ATAU SUBKULTUR. IA TELAH MENJELMA JADI PENANDA JAMAN KETIKA GAIRAH BERMUSIK DIMANIFESTASIKAN KE DALAM SEMANGAT PEMBERONTAKAN TERHADAP KEMAPANAN, KEBERSAMAAN UNTUK MENGATASI KETERBATASAN, SERTA EKSISTENSI DIRI. BARUDAK Bandung selalu punya cara tersendiri untuk berinteraksi dengan jamannya. Generasi Gito Rollies dan Deddy Stanzah, misalnya, menunjukkan spirit pemberontakan mereka dengan menganut gaya hidup urakan-ugal-ugalan. Sambil, tentu saja, tidak lupa berlaku-pagu via musik. Dan rock ‘n roll dipilih menjadi rel untuk menghela gerbong gejolak jiwa mereka. Generasi Gito Rollies dikenal sangat badung. Tapi faktanya prestasi mereka dalam bermusik sangat istimewa. Itulah yang menyebabkan kebadungan mereka bisa ditolerir sejarah. Bahkan sejarah malah berbalik menyanjung mereka sebagai figur-figur prestisius. Lebih-kurang dua dekade setelah era keemasan angkatan Gito Rollies dan Deddy Stanzah berlalu, generasi muda Bandung menganut cara lain dalam menunjukkan eksistensinya. Ketika ruang arusutama didominasi kemestian bernama komodifikasi yang selalu berbaju proyeksi mengejar keuntungan materi semata — sehingga tidak memberi spasi memadai buat spirit lain di luar itu, mereka memilih jalan lain dalam mengekspresikan letupan-letupan liar dalam benak mereka. Letupan-letupan itu awalnya mengecambah secara sendiri-sendiri di titik-titik tertentu. Maka kemudian, tumbuhlah beberapa kantung komunitas. Sekadar menyebut, ada komunitas TU yang biasa nongkrong di Jalan Teuku Umar. Band-band semacam Balcony atau Take A Stand mengerek komunitas ini. Komunitas ini kemudian melahirkan kompilasi historikal bertajuk Brain Baverages. Ada juga komunitas Balkot yang doyan nangkring di Balai Kota Bandung. Di samping fokus pada musik, mereka ini punya kecenderungan mengakrabi olahraga ekstrem skateboarding. Mungkin ini ada kaitannya dengan saujana Balkot yang memang cukup asoy dijadikan tempat bermain papan luncur. Bahkan di kemudian hari komunitas ini mengidentifikasikan diri sebagai salah satu scene yang meletakkan fondasi subkultur skateboarding di kota kembang. Sampai kemudian di era mutakhir awal 2000-an, masih di Balkot, muncul pula komunitas lain bernama Kolektif Balkot Jam Lima Sore. Komunitas yang bersulih nama menjadi Balkot Terror Project ini adalah sebuah gerakan kolektif yang dibangun secara sel dengan semangat memelihara kemurnian ideologi bermusik. Di mata mereka, betapa pun arus komodifikasi terhadap scene sudah sedemikian dahsyat dan merongrong idealisme, gelombang komersialisasi tetap harus dilawan dengan segenap upaya (catatan: untuk Kolektif Balkot Jam Lima Sore akan dibahas dalam tulisan khusus). Semangat D.I.Y (Do It Yourself) pun jadi pilihan. Mereka menggelar gigs atau mengeluarkan rilisan — baik album maupun newsletter — secara permana dan murni swadaya. Gigs digelar dengan cara kolektif, dalam arti setiap band yang main harus urunan untuk sekadar menyewa alat musik dan tempat. Sebuah solusi yang kemudian jadi pilihan ketika minta ijin untuk menggelar acara sepelik mencari jarum di padang ilalang. Sementara rilisan dikemas sesederhana mungkin, nu penting kumaha carana lagu uing bisa didengekeun ku batur. Pola penggandaan CD dengan menggunakan personal komputer pun kerap ditempuh dan lantas dijual dengan harga: ceban!!! Jangan lupakan pula sekelompok pengusung idealisme dan ideologi punk yang sampai sekarang tetap panceg dina galur berinteraksi dengan sejawatnya di sekitar kawasan perbelanjaan Bandung Indang Plaza (BIP). Jangan pernah menganggap sepele kontribusi mereka dalam meletakkan fondasi Bandung Underground. Salah satu gigs bersejarah bernama Gorong-Gorong Bandung dicetuskan Dadan Ketu, salah seorang peretas komunitas tersebut. Bukan hanya gigs Gorong-Gorong, Dadan Ketu bersama PI Crew — nama lain dari komunitas BIP — menancapkan pula tonggak lain bernama Bandung’s Burning. Sebuah rilisan berisi kompilasi sejumlah band punk yang mencatat sukses luar biasa. Band-band seperti Jeruji, Runtah, The Bollocks, atau Keparat, harus diakui, terkerek namanya berkat kompilasi yang dirilis menggunakan label Riotic Records itu. Dan voila… komunitas paling fenomenal tentu saja Ujungberung Rebel. Komunitas ini tumbuh sedemikian rupa jadi kisi-kisi penting harakah musik bawah tanah kota kembang. Tidak hanya komitmen tinggi panceg dina galur memainkan musik-musik ultragaduh, di sana juga ada geliat ekonomi kreatif-kerakyatan mulai dari jualan kaus, tukang sablon, sampai mendirikan perusahan rekaman independen yang sangat marak. Harus kita akui, komunitas inilah yang mencancapkan fondasi, pengaruh, dan kontribusi paling besar terhadap Bandung Underground. Tak bisa dipungkiri, kantung-kantung komunitas itulah yang menjadi noktah-noktah penyangga dari sebuah fenomena bernama Bandung Underground. Sebuah fenomena peradaban yang gaungnya kini tidak hanya terdengar di ranah nasional, melainkan juga sudah merambah sampai ke mancanegara. Sayangnya, subkultur ini harus menjalani masa-masa paling sulit sejak awal 2008. Tepatnya selepas tragedi AACC yang ditandai meregangnya sebelas orang nyawa dalam acara peluncuran album perdana Beside. Satu hal penting yang mesti digarisbawahi, betapa pun identik dengan band-band bising, keliru juga jika kita menganggap Bandung Underground melulu dihuni dan dibesarkan oleh band-band punk, hardcore, metal, jeung sajabana. Sejumlah godfather yang meletakkan fondasi Bandung Underground justru tidak memainkan musik metal. Sebut saja Richard Mutter. Bersama Yukie, Bengbeng, dan Trisno di Pas Band, Richard tidak memainkan metal sefrontal yang diperagakan Sonictorment, Forgotten, atau Jasad. Demikian pula dengan Pure Saturday yang sampai saat ini tetap dianggap sebagai salah satu peletak tiang pancang eksistensi Bandung Underground. Ada pula band indiepop klasik seperti Kubik atau Cherry Bombshell. Meski demikian, kita tidak bisa menyalahkan persepsi khalayak jika Bandung Underground diidentikan dengan band-band bising. Sebab, salah satu momen yang membuat istilah Bandung Underground berkibar kencang seperti sekarang memang berkat imbas kesuksesan sebuah gigs metal bernama Bandung Underground. KELAHIRAN Sebuah literatur menyebutkan, istilah underground sudah dipakai di Majalah Aktuil pada 70-an. Istilah itu muncul untuk mendeskripsikan sebuah gaya bermusik dengan memainkan lagu-lagu kencang yang substansinya amat sarat dengan perlawanan terhadap sistem nan mapan. Tentu saja saat itu istilah Bandung Underground belum muncul atau setenar sekarang. Meski demikian, kota kembang tetap mengirimkan wakilnya ke garda depan saat khalayak bicara musik underground. Ada grup bernama Super Kid dan Giant Step, dua band legendaris yang sangat diperhitungkan dalam sejarah rock tanah air. Mereka dianggap ‘gerilyawan’ pengacau patron industri musik tanah air yang saat itu didominasi lagu-lagu pembangkit buluh perindu. Super Kid dan Giant Step tidak sendirian dalam meletakkan fondasi musik ala bawah tanah. Ada AKA dan SAS dari Surabaya, Terencem dari Solo, sampai grup rock paling legendaris di tanah air, God Bless, yang mengibarkan bendera ibu kota. Dan kita sama sekali tidak bisa memungkiri, merekalah yang meletakkan kisi-kisi subkultur bermusik ala underground. Setidaknya mereka telah mengajak generasi muda untuk memberontak terhadap nilai-nilai kolot yang mengungkung kreativitas. Beruntunglah, apa yang mereka bangun tidak sampai kehilangan benang merah terhadap generasi setelahnya. Khususnya di Bandung, apa yang sudah diretas The Rollies, Super Kid, atau Giant Step, diteruskan oleh anak-anak muda generasi 90-an. Salah satu embrio terpenting scene Bandung Underground diyakini lahir dari Studio Reverse, yang terletak di daerah Sukasenang. Adalah Richard Mutter dan Helvi, dua figur penting di balik lahirnya Reverse. Studio ini dianggap penting bukan hanya karena menyediakan tempat berlatih buat band-band bising. Reverse memegang peran krusial dalam sejarah Bandung Underground saat mendirikan distro yang menyediakan pernak-pernik musik dari mancanegara. Kaset, CD, kaos, poster, dan lain-lain, tersedia di sana. Dengan cara itu, ibaratnya, Reverse membukakan jalan bagi para scenester untuk bersinggungan dengan dunia luar. Richard kemudian menindaklanjuti sumbangsih penting buat scene dengan mendirikan Pas Band dan label rekaman independen dengan nama unik, 40.1.24. Pas Band ditahbiskan sebagai grup munggaran di Indonesia yang merilis album secara independen pada 1993. Album mereka bertajuk Four Through The S.A.P mencuri perhatian setiap orang yang punya gendang telinga tebal dan tak heran bila 5000 keping kasetnya tandas diburu orang dalam waktu satu setengah kejap. Empat tahun kemudian, masih dengan bendera 40.1.24, Richard juga merilis sebuah mahakarya kompilasi yang diberi tajuk Masaindahbangetsekalipisan. Kompilasi ini layak disebut mahakarya bukan hanya karena memuat band-band anjisuranjis-edunsuredun macam Burgerkill dan Puppen, tapi juga menyodorkan sebuah inisiasi kepada publik mundial bahwa aing ge bisa nyieun nu kieu! Tanpa konsep distribusi yang muluk dan ribet, gaung Four Through The S.A.P dan Masaindahbangetsekalipisan tembus ke mana-mana. Pada waktu bersamaan, sebuah stasiun radio yang tak kalah anjisuranjis-edunsuredun bernama GMR (singkatan dari Generasi Muda Radio), tengah mengibarkan bendera ke angkasa dengan sekencang-kencangnya. Peran Radio GMR sangat krusial sebagai media penyambung antara band dan anak muda bergendang telinga tebal. Inilah radio yang secara konsisten menyediakan frekuensinya untuk disesakki musik-musik bising melulu. Lagu-lagu dari kedua album tersebut nyaris saban hari menderu-deru di frekuensi 104.4 FM. Ketika spasi buat musik ultragaduh di tempat lain masih sangat dikebiri, GMR dengan lantang memutar lagu-lagu dari band dengan nama-nama asing. Bukan hanya rilisan dari band lokal, tapi juga grup dari luar negeri. Radio inilah yang membuat barudak kota kembang cepat akrab dengan grup seperti Carcass, Benediction, Gorfest, dan sejibun band inspiratif lain. Sebuah kondisi yang tak terjadi di tempat lain. GMR juga punya kepedulian maksimal jadi media publikasi verbal rilisan-rilisan lokal. Bahkan rilisan amatir pun mereka mau memutarkannya (Catatan: tentang GMR akan dibahas khusus pada bagian lain). SCENE Di antara sejumlah faktor yang membuat Bandung Underground cepat besar, komunitas adalah faktor yang sangat penting — kalau tidak boleh menyebut paling penting. Merekalah yang menyemai embrio dan memeliharanya agar terus hidup di antara himpitan setumpuk persoalan. Walaupun dianggap sebagai ikon komersial, pusat pertokoan Bandung Indah Plaza (BIP) ternyata punya peran penting dalam sejarah Bandung Underground. Tempat ini jadi kilometer nol kelahiran sebuah komunitas sangat klasik yang menamakan diri Bandung Death Metal Area alias Badebah. Komunitas ini lahir di tangan para penggila thrash, death metal, dan grindcore. Prokalamator komunitas ini adalah Uwo, vokalis band Funeral asal Sukaasih, Ujungberung. Di samping Funeral, para personel band Jasad dan Necromancy juga secara intens menggerakkan scene ini. Babedah tumbuh tanpa disekat perbedaan aliran musik, sebab kemudian barudak dari bermacam latar belakang pun turut bergabung. Bendera Badebah makin berkibar setelah dijadikan program siaran di Radio Salam Rama Dwihasta yang bermarkas di Sukaasih, Ujungberung. Di tangan kuartet penyiar Agung-Dinan-Uwo-Iput, program ini mengudara pada rentang 1992 hingga 1993 dan sertamerta jadi primadona. Ukurannya sederhana: 200 sampai 300 pucuk kartu pos mampir ke markas Radio Salah Rama Dwihasta saban pekan. Eusina macem-macem, mulai menta lagu nepi ka nitip salam keur dulur nu lain. Di tempat berbeda, barudak lain juga membangun komunitas masing-masing atau bergabung dengan komunitas yang sudah terbentuk. Para scenester tidak hanya menjadikan komunitas-komunitas ini sebagai tempat nongkrong. Mereka juga menjadikan komunitas sebagai sarana untuk membangun jejaring dan mengembangkan ide. Barudak Ujungberung lagi-lagi berada di garda depan. Di sebuah studio musik bernama Palapa, insting bergaul hanya untuk jadi ajang nongkrong pengisi waktu senggang, pelahan-lahan dikoreksi sehingga membuahkan hasil yang lebih produktif. Setelah ritual nongkrong sudah dianggap mentok dan tidak menghasilkan apa-apa, mereka kemudian membentuk Extreme Noise Grinding (ENG). ENG sukses membuka jaringan ke mana-mana, sampai ke luar kota bahkan mancanegara. ENG membuat konsep berkomunitas jadi lebih terarah. Salah satu sumbangsih terbesar ENG adalah gigs metal yang sangat fenomenal bernama Bandung Berisik. Zine Revograms yang dirilis kali pertama pada Maret 1995 bisa menghajar mata scenester juga berkat ENG. Revograms sangat inspirasional karena jadi zine underground munggaran di tanah air. Kelebihan ENG ada pada kemampuannya memberdayakan lingkungan. Mereka tidak hanya menempa anggota komunitas dalam hal bagaimana bermusik yang baik. Alhasil, ENG sanggup ngigelan jaman. Scene ini kemudian bersulih rupa jadi Homeless Crew yang sangat identik dengan Ujungberung. Nama Homeless Crew dicetuskan Ivan Scumbag sebagai manifestasi penolakan terhadap (lagi-lagi) kemapanan. Tahun 1997, sejumlah band yang aktif di Homeless Crew sepakat merilis kompilasi Ujungberung Rebels yang ultrahistorikal di bawah bendera Independen Records. Kompilasi ini tak memuat hal lain kecuali musik ultragaduh dari band-band edan yang di kemudian hari semuanya jadi metalhead. Sedemikian historikalnya Ujungberung Rebels, sehingga tak ada satu pun band yang ikut dalam kompilasi ini yang tidak menjadi legenda. Tak heran bila publik menjadikan kompilasi ini sebagai salah satu relief sejarah terpenting Bandung Underground. Saking besarnya efek kompilasi Ujungberung Rebels, barudak Homeless Crew pun kadang disebut Ujungberung Rebels. Sampai sekarang, komunitas ini tanpa henti melahirkan band dan musik yang mematikkan. GIGS Bandung Underground mencapai puncak kejayaan ketika GOR Saparua secara berkala menggelar gigs. Inilah tempat yang menjadi titik api Bandung Underground. Semangat bermusik yang diusung masing-masing komunitas mengalir dan bermuara ke GOR Saparua. Di sinilah nama-nama angker seperti Puppen, Jasad, Forgotten, Burgerkill, Jeruji, Blind to See, Balcony, Turtle Jr., Koil, dan sederet nama lain, dibaptis jadi wakil generasi terbaik Bandung Underground. Nonton gigs di GOR Saparua lantas menjadi ritus wajib bagi para scenester. Saban akhir pekan GOR tersebut ibarat muara tempat bertemunya berbagai kepentingan, mulai dari vokalis band yang hendak merentang otot leher, pagawai drum yang gatal ingin menghajar snar sekencang-kencangnya, sampai hasrat penonton yang ingin memeras keringat di dalam GOR Saparua yang ventilasinya teu bisa disebut alus. Dan jangan lupakan satu hal, di sana ada pula geliat ekonomi. Sebab, faktanya sejumlah gigs di GOR Saparua berhasil mengeruk keuntungan materi yang lumayan. Belum lagi kiprah para penjaja makanan dan minuman ringan serta calo tiket. Yeahhh… Saparua kadung identik dengan Bandung Underground, padahal gigs serupa sebenarnya kerap pula dihelat di tempat lain. Semuanya berawal dari Hullaballo I yang digelar pada 1994. Inilah tombol pelatuk yang memicu pentas-pentas musik underground. Bandung Underground, Gorong-Gorong, Campur Aduk, Bandung Berisik, Boomer Underground, atau Master of Underground, tak akan mudah dilupakan siapa pun yang pernah menyaksikannya. Bayangkan, GOR Saparua yang kapasitasnya tidak seberapa, penuh sesak sampai teu bisa usik saat pentas-pentas tersebut digelar. Namun saat GOR Saparua semarak dengan gigs edan, di sisi lain terjadi sebuah ironi. Hegemoni band-band seperti Burgerkill atau Puppen (sekadar menyebut nama) atas panggung GOR Saparua, membuat banyak grup kecil tak memperoleh kesempatan memadai untuk mengecap sangarnya beraksi di sana. Sebagai bentuk perlawanan, kemudian lahirlah pola gigs kolektif di awal 2000-an. Band yang tak kunjung mendapat kesempatan tampil di GOR Saparua, berinisiatif menggelar gigs mandiri. Caranya, setiap band yang mau tampil urunan sejumlah uang. Uang yang terkumpul lalu dijadikan modal untuk menyewa alat dan tempat. Di sana mereka main sepuasnya dan memekikkan kalimat: gigs aing kumaha aing! Karena kadung mengusung semangat D.I.Y, tiket dijual dengan banderol pikaseurieun. Ada gigs yang menjuat tiket dengan harga dua rebu perak. Dan biasanya tiket dijual tidak terlalu lama. Setelah itu, penonton bisa ngabres bebas asup. Masa keemasan GOR Saparua langsung menguap saat pemerintah kota tidak lagi memberi ijin menggelar pertunjukkan di sana. Praktis, barudak Bandung pun kesulitan mencari tempat untuk menggelar pentas. Pola gigs kolektif pun kian mendapat angin. Jika sebelumnya menyewa tempat-tempat murah seperti gudang tak terpakai atau garasi mobil rumah seorang kawan, polanya kemudian beralih dengan cara menyewa studio musik. Uangnya lagi-lagi hasil urunan band yang tampil. Gigs semacam ini biasa disebut studio show. Studio Jawara di bilangan Jalan Lengkong Besar hampir tiap pekan merelakan ruangan sempitnya dipakai pogo dan anjrut-ajrutan. Juga Studio Grama di Jalan Cihampelas dan Studio Elang di dekat kawasan Bandara Husen Sastranegara. Pola gigs kolektif atau studio show semakin jadi pilihan paling realitis setelah meletus Tragedi AACC pada 9 Februari 2008. Sebelas anak muda tewas dalam acara peluncuran album Beside. Inilah titik nadir sejarah gigs Bandung Underground. Untuk beberapa waktu acara musik bising di kota kembang seperti mati suri. Meski demikian, semangat untuk menggelar acara tak pernah padam hanya gara-gara pemerintah memberlakukan ketentuan ekstra ketat dalam mengeluarkan ijin pagelaran. Setahun berselang, pelahan-lahan sejumlah komunitas mulai bisa menggagas dan menggelar kembali gigs skala besar. Salah satu yang tetap langgeng adalah Death Fest, kendati dalam dua kali pagelaran harus dilaksanakan di kompleks tentara. Bahkan memasuki tahun 2011, gigs metal pelahan-lahan kembali semarak, termasuk bangkitnya Bandung Berisik yang sudah tertidur selama lima tahun. RILISAN Ketika hasrat menggelar gigs terbentur bermacam hal, semangat merilis karya musik tetap tumbuh subur. Meski di lain pihak, seperti dikatakan empunya Riotic Record Dadan Ketu, “Ngarilis album band underground mah tong ngarep untung! Ieu mah urusan hate!”. Dalam hal ini, sekali lagi, kita harus berterima kasih kepada Richard Mutter dengan label 40.1.24-nya yang telah merilis kompilasi Masaindahbangetsekalipisan pada 1993. Inilah rilisan yang menginspirasi siapa pun tanpa kecuali. Tapi, jangan pernah lupakan kompilasi Injak Balik yang dirilis pada 1997 dalam bentuk piringan piringan hitam oleh label asal Perancis, Tian An Men 89 Records. Popularitasnya memang tidak semenjulang Masaindahbangetsekalipisan atau Ujungberung Rebel, namun rilisan yang hanya dicetak 500 kopi ini layak digolongkan sebagai tonggak sejarah. Injak Balik memuat lagu dari Puppen, Runtah, Jeruji, Piece of Cake, Deadly Ground, Savor of Filth, Turtles Jr., dan All Stupid. Dan yang terpenting, Injak Balik asilnya bisa didengarkan dengan gramafon karena berformat vinyl. Sebuah sensasi luar biasa buat siap pun yang memilikinya! Tahun 1997, Riotic Records mengeluarkan Bandung’s Burning-Bandung Punk Rock Storm Volume 1 yang menghajar gendang telinga dengan suguhan rawk dari sederet band ikon punk seperti Keparat, Jeruji, Runtah, Rotten to the Core, Turtle Jr., Total Riot, dan The Bollocks. Tiga belas tahun berselang, Bandung’s Burning Volume 2 dirilis. Kali ini dengan semangat perlawanan lebih gigih. Sebuah kompilasi yang sangat eksklusif karena hanya digandakan seratus keping turut mewarnai generasi pertama Bandung Underground. Album tersebut diberi tajuk Bandung Holocaust, kompilasi sederet band crustcore, dirilis Holocaust Records pada 1997. Dari kubu indiepop, Fast Forward (FFWD) Records, yang kebetulan milik Helvi, tak mau kalah langkah. Bahkan label ini sudah merintis rilisan band dari luar negeri sejak 1999. The Chinkees dari Amerika, Cerry Orchard (Perancis), dan 800 Cheries, adalah gelombang pertama band dari mancanegara yang albumnya didistribusikan FFWD di pasar lokal. FFWD secara konsisten mempertahankan gayanya sampai sekarang. Oh ya… bicara soal rilisan, jangan kesampingkan Extreme Soul Productions (ESP). Menggunakan nama ESP Records, label milik Iwan D ini sudah mulai merintis album-album dari band beraliran deathmetal dan sebangsanya sejak 1996. Baik band luar negeri, terlebih lagi grup domestik. Salah satu produk prestisius dari ESP adalah kompilasi band-band ultragaduh bertajuk Brutally Sickness. Sempat tertidur beberapa waktu, Iwan kembali membesut ESP sejak 2009. Di samping kompilasi, sejak Puppen melepas This Is Not a Puppen EP dan Pas Band merilis Four Through The S.A.P, rilisan album dari band-band lain tak pernah berhenti mengalir. Sampai detik ini. Demikian pula dengan label rekaman, tak kalah semarak dengan kemunculan grup-grup musik anyar. Yang paling mutakhir adalah Rottrevore Records yang gigih menjembatani kinarya grup-grup metal untuk kemudian menjadikannya sebuah produk yang bisa menyelusup ke balik gendang telinga. ZINE, LITERATUR, KAOS Jika Reverse dan label 40.1.24 jadi pionir dalam urusan rekaman, maka fondasi penting dalam hal literasi adalah Revograms. Adalah Dinan — vokalis Sonic Torment — yang membidani kelahiran zine ini tahun 1995. Inilah batu pertama budaya literasi Bandung Underground yang menginspirasi terbitnya puluhan, bahkan ratusan, newsletter di kemudian hari. Jika sekarang orang lebih banyak membicarakan Trolley atau Ripple sebagai bagian penting budaya literasi Bandung Underground, itu karena dua zine ini lahir dalam kemasan aduhai. Berbeda dengan kebanyak zine yang hanya foto kopian. Padahal di luar Trolley atau Ripple, terlalu banyak zine bagus yang sangat berpengaruh. Sebut saja Tigabelas, Membakar Batas, atau Beyond Barbed Wire yang sangat provokatif itu. Belakangan budaya tulis mulai menapaki undakan lebih baik dengan berdirinya toko-toko buku keren seperti Tobucil, Ultimus, Rumah Buku, dan Omuniuum. Bahkan kemudian muncul pula Minor Books, sebuah penerbitan yang digagas orang-orang gila dengan komitmen gila pula. Satu masterpiece Minor Books adalah buku biografi Ivan Scumbag berjudul Myself: Scumbag Beyond Life and Death karya Kimung yang terbit pada 2007. Semangat mengekspresikan ghirah bermusik ke dalam bentuk literatur berbanding lurus dengan geliat ekonomi di bidang merchandise band, dalam hal ini kaos. Industri clothing yang tumbuh secara masif membuat band mudah meliris merchandise. Dibanding album musik atau zine, harus diakui, merilis merchandise adalah cara paling pragmatis untuk menyambung napas band itu sendiri. Pada akhirnya, Bandung Underground memang bukan sekadar musik ultragaduh, rilisan album, zine, atau lain-lain. Lebih dari itu, Bandung Underground adalah lapangan tempat menyiasati hidup yang kadung disumpeki setumpuk sistem yang kadang tidak cocok dengan keinginan ideal kita. Tapi bukankah itu sebuah kesadaran yang tak boleh padam, agar Bandung Underground terus langgeng ti baheula nepi ka ayeuna jeung salawasna! Hail yeahhh!!! (disarikan dari berbagai sumber)

Integriti Alone At Last Belum Habis

MARI KITA TIDAK BICARA SIKLUS SEBUAH GENRE MUSIK. TENGOKLAH ALBUM INI SEBAGAI EFFORT YANG LAIK DIJADIKAN TENGARA BAHWA ALONE AT LAST BELUM HABIS. DUA belas lagu — termasuk intro dan satu bonus track berupa lagu lama yang diarensemen sedikit beda — yang tersaji dalam album Integriti rasanya terlalu ringkas dijadikan cermin untuk melihat perjalanan sebuah band yang berumur genap sepuluh tahun pada 2012 ini. Jika dicermati lebih saksama lagu per lagu secara subtil memang tampak jelas ada perbedaan dibanding mini album Sendiri vs Dunia (2004) atau album Jiwa (2008). Namun, album ini lebih cocok diposisikan sebagai upaya peneguhan dari Alone At Last dalam menghadapi siklus hidup ketika dunia tidak lagi sepenuhnya berada dalam genggaman. Juga lebih layak disebut keberhasilan sebuah upaya pendewasaan ketimbang nostalgia mengenang masa emas efek album Sendiri Vs Dunia dan Jiwa. Itulah mungkin yang jadi alasan ketika Alone At Last mengangkat lagu Saat Dunia Tak Menatap Ke Arahmu sebagai singel pertama dari album Integriti. Simak dua bait lirik yang ada di pertengahan lagu tersebut… Simpan semua lirihmu lepaskan lelahmu/ besarkan hatimu jangan palingkan wajahmu/ …. Dan faktanya mereka memang sama sekali belum memalingkan wajah dari skena yang telah membesarkan nama Alone At Last. Meskipun berulang kali mengklaim tidak pernah mengisolasi diri dengan batasan genre tertentu, Alone At Last masih berada di ordinat penting ketika orang membicarakan skena emo tanah air. Bahkan andai saja mereka tidak merilis album Integriti sekalipun. Entah sudah diproyeksikan sejak jauh-jauh hari, Alone At Last merilis Integriti di tahun ketika umur mereka genap menginjak bilangan satu dasawarsa (Alone At Last didirikan pada 2002). Yang jelas momentum perilisan Integriti terasa sangat tepat untuk beberapa kondisi. Pertama, ketika gaung skena emo lokal sudah lagi kencang, album Integriti rasanya bisa sedikit membangkitkan nostaljik jika genre ini pernah begitu booming di tahun-tahun silam. Dalam kasus ini, Integriti bukan hanya kemasan selusin lagu. Persetan dengan apa pun yang terkandung di dalamnya, baik itu musikalitas atau substansi lirik. Yang pasti, skena emo lokal butuh album-album seperti ini dari band-band berpengaruh seperti Alone At Last. Kedua, momen perilisan Integriti — entah disengaja atau tidak — begitu ritmis dalam segi rentang waktu. Ada rentang masing-masing empat tahun dari mini album Sendiri Vs Dunia ke album penuh Jiwa dan lalu ke Integriti. Apakah kemudian album Integriti bakal berdampak signifikan terhadap perkembangan skena emo di tahun-tahun ke depan, itu bukan persoalan yang terlalu krusial untuk dibahas. Yang lebih penting Alone At Last telah menunjukkan sebuah effort tentang pentingnya integritas. Integritas yang telah menjadikan mereka bisa seperti sekarang.

Jangan Ragu Jadi Musisi Metal

TULISAN INI BUKAN MURNI OPINI SAYA. IBARAT KAMERA, OTAK DAN JARI SAYA HANYA BERTINDAK SELAKU REFLEKTOR. SEKADAR MEMANTULKAN APA YANG SAYA SIMAK DENGAN SEDIKIT MEMBERI BIAS DI SANA-SINI DARI. ILHAMNYA SENDIRI MUNCUL DARI HASIL MELOTOTIN STATUS CHE, VOKALIS CUPUMANIK. SEPERTI BIASA, JANGAN TERLALU DIMASUKAN KE HATI. WOLES SAJA. SEBAB, INI BUKAN MASALAH PENTING. DA EUWEUH DEUI URUSAN NU LEUWIH PENTING — MEMINJAM ISTILAH KAJUL HELLPRINT — TIBATAN LALAJO PERSIB. SAYA selalu merasa beruntung bisa mengakses beberapa referensi penting, kadang bahkan secara prodeo alias cuma-cuma. Seperti Selasa (26/11) kemarin. Indera penasaran saya langsung bereaksi ketika Mang Dinan, artworker kugiran dari The Illuminator, ngetag beberapa cuplikan Majalah Metal Hammer edisi Desember 2012 yang membahas tentang skena tempat kita menarik napas. Sumpah, Metal Hammer adalah salah satu kitab haluan hidup saya. Saya selalu merasa bagaikan butiran-debu-yang-tak-tahu-arah-jalan-pulang tiap kali membaca majalah ini. Baik dari segi kemasan/artistik dan terlebih cara mereka mengupas sesuatu. Sangat influensif dan tentu saja referensif pula (anjirrr, istilah naon deuih eta). Jika suatu saat punya duit, saya punya cita-cita mau bikin majalah underground dengan kemasan menyerupai Metal Hammer. Karena penasaran, siangnya saya langsung cabut ke kantor Kompas. Seorang kawan yang jurnalis harian ini biasanya membeli Metal Hammer secara berkala. Dan, alhamdulillah dia sudah punya edisi Desember. Tadinya, jika teman itu belum punya, saya mau merapat ke Common Room. Siapa tahu Mang Dinan masih baca majalah itu di sana dan saya bisa minjem barang sebentar. Hahahaha… katingali aing teu mampu meuli majalah! Saya tidak terlalu tertarik dengan ulasan lain. Saya interes dengan review tentang skena metal Indonesia. Tapi, yah seperti ekspektasi sebelumnya, tidak banyak hal baru. Ulasan seperti itu sudah sering saya temukan. Termasuk ulasan tentang Burgerkill. Bedanya, yang satu ini dikemas dalam bahasa Inggris dan yang membahasnya bukan media kelas ecek-ecek. Metal Hammer, mabrohhh! Meski demikian ada beberapa poin yang tetap menarik. Salah satunya quote dari Ebenk Burgerkill di halaman 72: “My father keep asking me to get a different job, but I don’t care about money.” Sebuah kalimat yang sangat bombastis, saya kira. Boleh jadi Ebenk bisa bicara seperti itu karena ia telah sukses bersama Burgerkill. Secara langsung atau tidak, Burgerkill telah mengantarnya mencapai kesuksesan hidup. Dulu Ebenk boleh tidak peduli dengan uang, tapi sekarang uang sangat peduli dengannya. Tapi lepas dari itu, kalimat tersebut memang layak dijadikan trigger buat siapa pun yang saat ini menapakkan kakinya di skena metal, terutama buat mereka yang tengah merajut mimpi dengan jadi pemain band. Bahwa, mencari kehidupan — dengan tolok ukur paling gampang: duit — tidak hanya sekadar bisa dikais dengan bekerja kantoran. Bahwa, ada jalan hidup lain yang bisa kita andalkan untuk menghidupi diri sendiri, lalu kemudian anak istri, dan bahkan kalau mungkin memberdayakan lingkungan kecil kita. Dan ucapan Ebenk yang jadi quote Metal Hammer terasa memiliki benang merah dengan celotehan Che di dinding facebook pribadinya. Che menukil cerita sukses NOAH saat konser di Makassar yang harga tiketnya mencapai dua juta perak dan ternyata tetap laku goreng bak kacang keras. “Level dunia pertunjukan band di Indonesia sudah meningkat. Harga tiket konser NOAH mencapai Rp 2 juta. Sementara tiket kelas festival konser Sting di Jakarta Rp 1.800.000. NOAH gokil, harga tiketnya setara musisi dunia,” ulas Che. Tapi, inti ucapan Che bukan di situ. Ia bermaksud member spirit buat pegawai band dari kalangan indie, cutting edge, underground, atau apalah istilahnya. “Oke, kita lupakan NOAH. Mari kita tengok kawan-kawan kita dari kalangan band yang nggak punya majikan. Ada cerita menarik dari salah satu kru Cupumanik yang jadi roadis sebuah band metal asal Jakarta. Dia cerita kalo tiap personel band metal tersebut mendapat pemasukan sekitar Rp 6 juta saban bulan. Itu di luar uang manggung,” cerita Che lagi. Ada ucapan Che yang sangat dalam tentang kasus ini, “Sekarang kesempatan meraih rejeki terbuka lebar buat anak band indie. Dan faktanya, rejeki Tuhan di wilayah profesi jadi anak band (indie) tidak kering. Mari kita buka mata, apa pun profesinya, sukses itu milik orang yang yakin dan rela berkeringat deras.” Anjroott… ini saya kira kalimat yang sangat inspirasional buat kalian yang saat ini main band. Banyak fakta yang menunjukkan, beraktivitas di skena metal bisa juga hidup layak. Burgerkill memang lagi-lagi jadi contoh ideal. Tapi di luar Burgerkill, masih banyak lagi contoh. Oke, memang benar, kecuali untuk segelintir band, uang tampil band-band metal sangat tidak bisa dijadikan sandaran hidup. Tapi, kita akan mati kelelahan jika terus-terusan berkubang dalam masalah ini. Kita memang bukan kalangan komersialis murni yang bisa mematok harga manggung segini atau segitu. Selalu ada ewuh pakewuh atas nama jalinan pertemanan. Alih-alih terjebak dalam situasi ini, sebuah band lebih baik mencari jalan lain untuk menghidupi diri. Berjualan merchandise sama sekali bukan profesi haram menurut agama. Memanfaatkan jalinan pertemanan di komunitas untuk mencari peluang hidup, adalah hal yang wajar dan sah menurut hukum. Silakan bereksploitasi di sana. Jangan pula memberati diri dengan embel-embel tudingan sell out alias menggadaikan idealisme. Kita perlu hidup. Perlu berdaya. Perlu berpikir memiliki istri dan keluarga dengan taraf ekonomi yang layak. Tentu saja dari hasil main band, bukan yang lain. Sebab, jika kaya dari hasil menjadi direktur BUMN mah nggak rock ‘n roll atuh coy. Kaya dari hasil bermain band metal, itu baru funky. Utopis memang, tapi bukan berarti tidak bisa digapai. BERHENTI MENGEMIS Di luar soal itu, masih ada celotehan Che yang tidak kalah menarik. Yakni, tentang cara mengapresiasi musisi lewat membeli CD original. Dalam celotehannya, Che mengaku ada orang yang bertanya di akun twitter miliknya: “Che, apakah dengan cara member CD original sebuah band berarti kita sudah menghargai musisi?” Che lalu menjawab, “Jangan membeli CD (Cupumanik) hanya karena ingin menghargai. Belilah sesuatu atas dasar suka. Sebuah penghargaan terhadap karya musik bisa dimulai dari kata suka. Prinsip ekonomi/transaksi jual beli antara pasar dengan band bermuara di situ. Prinsip sederhananya dan hukum yang masih berlaku masih seperti ini: gue suka, gue beli. Saya sendiri sudah berhenti menyemburkan pernyataan: hargai kita dong, beli CD original kami dong! Sebab, bagi kami, kalau memang kalian suka tentu akan membeli karya Cupumanik tanpa paksaa. Sesederhana itu kok!” Dalam kalimat lain Che ingin berujar, jika orang belum mau beli apa pun yang dikeluarkan Cupumanik (entah itu album, merchandise, atau tiket konser) berarti belum menyukai. Oleh karena itu, jangan menggerutu atau ngambek dengan keadaan tersebut. Justru sebaliknya, jika orang belum mau beli karya kita, itu berarti peringatan bagi kita untuk memperbaiki diri biar band kita terlihat cantik, mengkilap, mentereng, unyu-unyu. Jika band kita sudah keren, tanpa harus mengemis pun mereka akan naksir. Jika sudah naksir maka kecenderungan untuk membeli karya kita jadi lebih besar. So, mari berhenti mengemis! Dan tentu saja tetap woles, kawan! (Aang)

The Illuminator Artworkfest Goremageddon 2012

MAKIN pesatnya perkembangan musik metal bukan hanya ditandai dengan tingginya intensitas kemunculan band baru serta kian menggilanya kreativitas bermusik. Di sektor lain, bisnis merchandise yang berkenaan dengan musik metal juga menggeliat tak kalah pesat. Hal itu ditandai dengan semakin banyaknya vendor yang mengkhususkan diri memproduksi merchandise band-band lokal. Kecenderungan itu berimbas pula terhadap kebutuhan artwork. Sebab, artwork jadi salah satu unsur penting — kalau tidak boleh menyebut paling penting — dalam produksi merchandise. Tingginya permintaan terhadap artwork memicu bermunculannya para seniman gambar (artworker). Namun, di lain pihak, tidak semua merchandiser dan artworker membekali dirinya dengan etika yang baik. Kasus pembajakan karya, baik yang berupa ripping maupun pencurian gambar secara total, selalu terulang dari hari ke hari. Bersandar pada kenyataan itulah, para artworker yang tergabung dalam The Illuminator menggelar Artworkfest 2012 pada 9-16 November 2012 di Fourspeed Parlor, Jalan Aggrek No 42, Bandung. Melalui program yang diberi jargon Goremageddon ini, The Illuminator bermaksud menginisiasi para artworker tentang bagaimana pentingnya etika. Ini bukan pameran pertama yang digagas The Illuminator. Pada 19 November sampai 4 Desember 2010, bertempat di Gallery Padi Artground, The Illuminator pernah menggelar The Illuminator Artwork Exhibition. Eksibisi tersebut jadi tonggak penting dalam sejarah para artworker, yang selama ini memang kurang begitu diperhatikan. The Illuminator sendiri adalah perkumpulan para seniman gambar yang mengkhususkan diri membuat artwork yang berkaitan dengan musik metal. Selain menggelar pameran dan membangun komunitas secara intens, The Illuminator juga menggagas sebuah institusi pendidikan bawah tanah pertama di Bandung yang mengkhusukan diri memberikan edukasi tentang bagaimana belajar ilustrasi dan mendesain artworkd untuk merchandise band. Seperti pada pameran yang pertama, The Illuminator Artworkfest 2012 bukan hanya akan diisi parade gambar. Dalam acara ini, The Illuminator juga telah menyusun serangkaian agenda mulai dari live music, kurasi, diskusi, sampai berbagi pengetahuan tentang beraktivasi di dunia artwork seperti teknik menggambar sampai membahas pentingnya etika dalam berbisnis. Panitia memperkirakan ada sekitar 100 karya 30 seniman artwork yang bakal berpartisipasi dalam The Illuminator Artworkfest 2012 Goremageddon. Sejumlah artworker yang sudah konfirmasi turut ambil bagian di antaranya Gustav Insuffer, Yusep ‘Mortem Art’, Dinan Art, Ridwan Bulldog, dan beberapa artworker muda. “Kami memang ingin melibatkan lebih banyak seniman artwork. Dengan makin banyakanya peserta dan karya, diharapkan mampu meningkatkan persaingan sehat di antara sesama seniman gambar maupun pelaku bisnis merchandise,” tutur Dinan Art, penggagas The Illuminator.

Kamis, 14 Februari 2013

Biografi Dead Vertical

Satu lagi Grinders cadas asal timur kota Jakarta yang terbentuk sejak 22 November 2001 silam. Berawal dari persahabatan empat pemuda dengan kesamaan selera pada musik cadas. Menurut mereka, Dead Vertical mempunyai arti 'Matinya hubungan vertikal antara Tuhan dan Manusia'. Dalam formasi awal Iwan [vokal], BoyBleh [gitar/vokal], Bony [bass], dan Andriano [drums], DV sudah mulai bikin lagu-lagu sendiri dalam karakter crust-grind yang sangat terinspirasi oleh Napalm Death, Terrorizer, Sepultura, Brutal Truth, Repulsion, dsb. Lirik lagu-lagu mereka bertemakan sosial, kehidupan sehari-hari, dan kondisi aktual yang terjadi di dunia ini. Pada pertengahan 2003, Andriano mengundurkan diri dan posisinya digantikan oleh Bimo [eks Free To Decide]. Kemudian DV merilis debut album bertajuk Fenomena Akhir Zaman lewat label The Eye Music pada awal tahun 2004. Selepas album perdana itu, Bimo juga cabut dan digantikan oleh Arya Blood, seorang drummer veteran yang pernah memperkuat Highlander, For My Blood, Panic Disorder dan Looserz. Di akhir 2005, Iwan mengundurkan diri sehingga formasi DV menjadi tiga orang. Dalam formasi trio itu, DV makin aktif dan menghasilkan musikalitas yang lebih terkonsep. Tetap di jalur grindcore, namun dengan karakter yang lebih brutal dan padat. Di awal tahun 2006 mereka melepas mini album yang bertitel Global Madness secara independen. Semenjak mini album tersebut, nama DV mulai melambung dan banyak diundang manggung dalam berbagai gigs. Menjelang akhir tahun 2007, DV mendapat tawaran kontrak dari Rottrevore records untuk merilis album keduanya. BoyBleh dkk langsung merekam materi musiknya di studio Bintang 41 [Bandung] dengan sound engineer Toteng Forgotten. Pada bulan April 2008, Rottrevore records merilis album kedua DV yang dalam titel Infecting The World. Rekaman ini berisi 22 lagu dengan karakter musik yang lebih brutal, agresif, padat, serta kental dengan nuansa grindcore ala eropa. LAST SECONDS OF PARANOIA Dead Vertical sempat mencapai highlight-nya ketika diajak tampil sebagai band pembuka konser Napalm Death di Jakarta, tahun 2007 lalu. Dalam rekaman Infecting The World, DV juga mengajak DJ Winky untuk mengisi sampling intro dan outro pada album tersebut.

Selasa, 12 Februari 2013

Funeral Inception Biografi

Funeral Inception adalah band Death metal dari Jakarta, Indonesia pada tahun 2000. Personilnya saat ini antara lain vokalis Doni Iblis, gitaris Ai Deadfinger dan Fadjar Ramadhan, drummer Gatot Hardiyanto dan basis Arslan Musyifia story Sebelumnya nama band ini adalah Bloody Gore. Pada saat itu band tersebut menerbitkan 2 CD kecil, dengan judul Stench Of Your Perversion dan Blood Driven Vehemence. Mei 2002, band ini mengganti namanya menjadi FUNERAL INCEPTION dan merekrut Pandi Ghebes (Sadistis) untuk mengisi bagian drummer dan membuat album Anthems Of Disenchantment di Studio Palu, Jakarta. Band ini membuat 10 lagu sebagai tanda yang membedakan Funeral Inception dari Bloody Gore. Pada Maret 2003, drummer Mithos, mengeluarkan diri dari band untuk melanjutkan studinya, diikuti dengan gitaris Rio yang kemudian mendirikan Rottrevore Records. Sang vokalis, Doni Iblis, telah terlibat dengan beberapa musisi dan kemudian muncul dengan single All Gods Children Must Die. Pada tahun 2006, band ini muncul kembali dengan formasi band yang baru: Doni (Vocal), Heldevy (gitar), Iwan (gitar), Roni (bass), dan AA (drum). Mereka membuat 10 lagu baru di Studio Oranye, Jakarta. Pada saat band ini mulai sibuk dengan tur, mereka mulai membuat bahan untuk album ke-2 mereka pada Oktober 2007 dengan Joteng Kampret, gitaris Forgotten. Album kedua mereka, H.A.T.E yang merupakan singkatan dari Heathen Against Terrorizing Entities. Terminologi menunjukkan titik ekstrem pandang dari band, melihat realitas politik sosial religius yang tumbuh dalam masyarakat umum.[1] Rottrevore Records merilis album di CD hanya untuk pasar Indonesia. beberapa saat kemudian, album tersebut telah didistribusikan secara terbatas ke negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Jerman, Finlandia, Polandia dan Italia. Band ini menerima berbagai masukan positif, terutama untuk gaya suara death metal yang berbeda. Beberapa penggemar bahkan ingin meminta terjemahan dari beberapa lirik lagu tersebut. Seperti halnya pada album pertama, beberapa lagu yang ditampilkan dalam album ini juga termasuk dalam beberapa rilis kompilasi internasional, serta sudah diputar terus menerus dari beberapa radio metal ekstrem di Amerika Serikat, Perancis, Jerman dan Rusia. Pada pertengahan tahun 2008, Heldevy (gitar) pensiun karena masalah keluarga, dan digantikan oleh Nyoman, gitaris dari band death metal, DROP. Video klip untuk lagu dari album kedua yang berjudul Surga Dibawah Telapak Kaki Anjing dibuat di daerah pedesaan Purwokerto pada awal Desember 2008. Tidak lama setelah video ditampilkan, drummer Achmad Mustaid alias AA mengundurkan diri. Posisinya untuk sementara diisi oleh beberapa drumer tambahan untuk mengakomodasi jadwal sibuk pada saat-saat, pada 28 Januari, Adhytia Perkasa telah bergabung dengan band. Iwan Budiarto berhenti dari band dan sedang fokus pada keluarga barunya. Band ini sekarang mencari Gitaris lain untuk mengisi acara.[2][3] Pada bulan Agustus, Garry Martinus Runtunuwu dari Betrayer telah bergabung dengan Funeral Inception. Diperjalanan line up ini pun mengalami beberapa kali perubahan, sebut saja beberapa nama Nyoman (Guitars – sekarang di Siksa Kubur), Rusdi Hamid (Bass – sekarang di Trauma), Edos (Guitars – sekarang di Prosatanica), Adhytia Perkasa (Drums – sekarang di Siksa Kubur), Garry (Guitars – sekarang di Betrayer). Hingga pada saat ini, line up teranyar adalah : Doni – Vocal Arslan Musyifa – Bass Gatot Hardiyanto – Drums Fadjar Ramadhan – Guitars Ai Deadfinger– Guitars Pada akhir Januari 2012 Funeral Inception merilis single berjudul “The Greatest Root of All Evil” dan dapat didownload gratis melalui www.rollingstone.co.id

Senin, 11 Februari 2013

DeadSquad Biografi

"DeadSquad berdiri pd tgl 29 Agustus 2006" Pada awalnya band ini bermula sejak Februari 2006 dan hanyalah sebuah band project yang berencana memainkan lagu – lagu dari band - band oldschool metal seperti Slayer, Anthrax dan Sepultura. Pada saat itu berpersonil: Stevie (Gitar) ex-Step Froward, Ricky (Gitar) Seringai, Bonny (Bass) ex-Tengkorak, dan Andyan (Drum) ex-Siksakubur. Ternyata Ricky tidak bisa bertahan lama karena kesibukannya. Setelah berjalan latian beberapa lama band ini lebih dari sekedar band project dan mulai memfokuskan untuk membuat lagu - lagu sendiri. Juni 2006 Prisa ex–Zala bergabung. Atas kesepakatan bersama pada 29 Agustus 06 terbentuklah nama "DEADSQUAD"/DS. Berlanjut dengan pencarian vokalis, setelah beberapa kali mencoba akhirnya DS mendapatkan Babal (Alexander) yang resmi bergabung pada oktober 2006. Awal 2008 Prisa keluar dari band, Setelah berjalan sekian lama dengan konsep satu guitar , akhirnya pada bulan oktober 2008 , DS menemukan sosok guitarist yang di nilai sangat mumpuni untuk mengisi kekosongan yang ada pada salah satu lini guitar yaitu Coki Bollemeyer ( Netral ) dan pada bulan yang sama Daniel (Abolish Conception ) bergabung dalam line up terbaru band ini menggantikan Babal. 9 Maret 2009 DEADSQUAD Merilis Album pertamanya dengan title HORROR VISION dan langsung mendapat respon yang sangat baik dari komunitas indie maupun non indie. Rangkaian panggung dan tour pun banyak dilakukan hingga tahun 2012 ini, dan DEADSQUAD mulai mempersiapkan materi – materi baru untuk album ke dua mereka. So wait for our new material , we will kick your fucking ass !

Dead Vomit Biografi

DEATH VOMIT di bentuk tahun 1995 di jogjakarta oleh Dede(Vocal),Wilman(gitar),Ary(Bass),danRoy(Drum).Dengan mengusung musik death metal,mereka langsung membawakan lagu-lagu sendiri.Mereka merilis rehearsal demo dan mendapat respon positif dari pecinta musik cadas indonesia.Respon ini berlanjut dengan sering tampilnya DEATH VOMIT di luar kota yogyakarta seperti jakarta,Bandung,Purwokerto,Solo,Malang,Surabaya,dan Denpasar walaupun sempat mengalami pergantian formasi.Seiring dengan hal tersebut,materi DEATH VOMIT selanjutnya pun menjadi lebih bertempo cepat dan brutal .Awal tahun 1997,DEATH VOMIT ikut serta dalam Album kompilasi musik underground indonesia METALKLINIK 1 di produksi oleh Musica Records,Sejak saat itulah pementasan banyak di lakukan dan tetap menciptakan lagu sendiri. Hingga pada November 1999,DEATH VOMIT merilis debut album''Eternally Deprecated'' yang di produksi secara D.I.Y (Do It Yourself)di bawah label mereka sendiri,Demented Mind Records.Penjualan album mereka ini terbilang lumayan,sebanyak 1500 kaset ludes di pasaran.Hal ini membuat label Bandung Extreme Soul Production merilis ulang album ini.Sampai saat ini kaset yang di rilis ulang tersebut telah terjual sebanyak 2200 kaset. Dengan berjalanya waktu,DEATH VOMIT mengalami kembali pergantian personil.Dan Formasi terkini DEATH VOMIT adalah Sofyan Hadi(Vokal,Gitar),Oki Hariwibowo(Bass),dan Roy Agus(Drum) Pada awal Mei 2006,DEATH VOMIT merilis album baru ''The Prophecy'' di bawah label ROTTREVORE RECORDS yang beredar pada Agustus 2006.Terkini DEATH VOMIT merilis DVD ''Flame Of Hate'' yang berisi konser tunggal mereka yang menggelontorkan 14 lagu. DISCOGRAPHY Eternally Deprecated (1999,Demented Min Records) Eternally Deprecated (2001,Extreme Soul Production) The Propecy (2006,Rottrevore Records) DVD ''Flame Of Hate'' (2009,Rottrevore Records ) LINE UP: Sofyan Hadi (Vocal,Gitar) Roy Agus (Drum) Oki Hariwibowo(Bass) Semua pecinta musik Death Metal di Indonesia pasti sudah mengenal Band ini!

Jumat, 08 Februari 2013

Biografi Naked Truth

Semuanya bermula pada bulan Maret 1995 kala Ara (vocal), Idad (gitar), Ato (bass), dan Abah Andris (drum), sepakat melebur ego masing-masing di bawah bendera sebuah band yang mereka beri nama Naked Truth. “Artinya lebih-kurang kebenaran hakiki,” tutur Ara.
Memainkan nomor-nomor dari salah satu pioner death metal Gorefest, kali pertama Naked Truth mulai menyuarakan kebenaran pada sebuah gigs bernama Argostage yang digagas Universitas Winaya Mukti, Juni 1995. Mereka bersepanggung dengan sejumlah band yang kemudian menjelma jadi metalhead seperti Jasad, Forgotten, Embalmed, Sacreligius, dan Sonic Torment. Masalah kecil sempat mengganjal mereka saat Abah Andris ditarik Sonic Torment. Tapi, masalah itu bisa mereka atasi saat Baby datang menggantikan Abah. Dengan formasi Ara, Idad, Ato, dan Baby, Naked Truth membakar sejumlah gigs bersejarah seperti Bandung Berisik 1 dan 2. Tak puas memainkan nomor-nomor oldschool milik Gorefest, Naked Truth menambah warna musik mereka dengan meng-cover lagu Gorguts dan Kataklysm. Sampai kemudian mereka memutuskan untuk menciptakan lagu sendiri dengan konsep death metal. Naked Truth memutuskan untuk mendongkrak tensi musim mereka menjadi lebih brutal setelah Indra (bekas pemain bass Embalmed) gabung pada 1996. Indra diplot mengisi gitar, sehingga Naked Truth tampil dengan format dobel gitar. Kebrutalan Naked Truth kian menjadi setelah Abah Andris pulang kandang untuk kembali mengisi posisi drumer. Namun, perubahan konsep musik memaksa mereka mengubah membuang lagu-lagu lama. Sebagai gantinya, Naked Truth mulai menyusun karya baru dengan sentuhan baru. Pada Mei 1998, Naked Truth merekam delapan track karya mereka di Studio 40.1.24. Enam lagu di antaranya kemudian mereka kemas dalam sebuah album berjudul Mind Disorder. Mind Disorder yang berisi The Dread False, Killing Field, Mind Disorder, The Obivious Abscure, Canniballistic of Humanity, dan Penjilat, langsung menyedot perhatian. Masih berformat kaset, Mind Disorder dianggap sebagai salah satu album klasik paling penting yang sampai saat masih banyak dicari. Sayangnya usai melahirkan masterpiece Mind Disorder, Naked Truth mengalami stagnasi selama dua tahun. Diwarnai sejumlah pergantian personel, mereka kembali bergerilya menyuarakan kebenaran pada 2000. Namun, mereka kembali vakum. Bahkan sekali ini lebih lama lagi. Akhir 2005, Ara membangkitkan Naked Truth dengan menggandeng Abbas untuk mengisi posisi drumer dan Syaid di sektor gitar. Tapi, Syaid hanya bertahan tiga bulan dan posisinya digantikan Riky dari Overdosis. Selama setahun penuh, Ara and the gangs terus mematangkan sejumlah nomor baru dengan warna New York Death Metal. Desember 2006, di bawah bendera Chamber Music & Extend, Naked Truth masuk studio rekaman. Mereka sempat membuat proyeksi, album kedua bakal dirilis pada awal 2007. Sembilan nomor penggedor gendang telinga sudah mereka siapkan, di antaranya Jiwamu Busuk, Tikam dari Belakang, Darah Cinta Air Mata, Mati Rasa, Tak Bernyawa, Lumpur Dosa, Terkubur, Darah Jiwa Kegelapan, dan satu nomor yang diambil dari album pertama, Killing Field. Akan tetapi, album kedua tersebut urung dirilis. Sebagai gantinya, Naked Truth merilis promo album berisi tiga lagu yakni Tikam dari Belakang, Jiwamu Busuk, dan Killing Field. Pada Maret 2007, Abbas cabut dan digantikan Roni. Formasi mutakhir Naked Truth adalah Ara (vokal), Riky (gitar), John (bass), dan drumer belia penuh talenta Roni. Tak lama kemudian mereka merilis singel Tikam dari Belakang. Singel edisi terbatas yang dibagikan secara gratis ini direkam di Studio Bintang 41 dan diracik sendiri oleh Ara. Singel itu sekaligus menjadi tengara bahwa Naked Truth belum punah. Naked Truth menunjukkan taring sebagai band death metal papan saat tampil sadis di panggung Death Fest 3.

Biografi Jasad

Jasad sekarang bukan hanya dikenal sebagai band pengusung brutal death metal garda depan. Jasad adalah ikon suksesnya sebuah akulturasi antara budaya barat dan lokal. Merekalah yang meretas konvensi menyelipkan unsur budaya Sunda di antara kebrutalan dan kebisingan metal. Tak heran bila Jasad dianggap bukan hanya tonggak penting scene Bandung Underground. Jasad juga jadi tiang pancang sebuah dekonstruksi kecenderungan di mana memakai atribut budaya lokal adalah juga sebuah kebanggaan.
Banyak literatur yang beredar di dunia maya menyebutkan Jasad didirikan tahun 2000. Namun, Jasad sebenarnya sudah ada sejak 1990. Formasi awal Jasad terdiri dari Yuli, Tito, dan Faried. Tahun 1992, mereka mengalami pergantian personel setelah Faried keluar. Dengan formasi kedua yang terdiri dari Yuli, Tito, Hendrik, dan Abut, mereka merilis dua singel yang direkam secara live, yakni Life ‘n Die dan Fuckin’ Education. Line up Jasad kembali berubah pada 1994. Yayat, Yadi Behom, dan Dani masuk menggantikan Hendrik, Tito, dan Abut. Praktis hanya Yuli satu-satunya personel asli yang masih tersisa. Dengan line up Yadi Behom (vokal), Yayat (gitar), Yuli (bas), dan Dani (drum), Jasad mengeluarkan EP C’est La Vie yang dirilis Palapa Records. Mini album tersebut berisi tiga lagu yakni Belenggu, Riuh, dan Technological Principal. Lagu yang terakhir disebut tercantum dalam kompilasi paling bersejarah, Independent Rebels yang dirilis tahun 1997. Jasad ditinggalkan Yadi Behom pada 1998. Setahun kemudian giliran Yayat yang cabut. Sebagai gantinya, Jasad menggamit Man dari Injected Sufferaged dan Ferly dari Forgotten. Dengan formasi Man (vokal), Ferly (gitar), Yuli (bas), Dani (drum), Jasad berkibar sebagai salah satu band death metal paling berpengaruh di tanah air. Sempat merilis EP Ripping the Pregnant, mereka akhirnya melakukan pencapaian luar biasa saat mengeluarkan album bertajuk Witness Of Perfect Torture pada 2001. Album ini dirilis Rottrevore Records dan kemudian dirilis ulang Forever Underground. Nama Jasad sendiri dicetuskan Yuli, sang basis. Yuli mengaku nama itu ia dapat ketika suatu saat melihat seseorang mengenakan baju bertuliskan Jasad. Nama itu kemudian ia jadikan band yang dibentuknya. Line up Man, Ferly, Yuli, dan Papap, sanggup bertahan salama satu dekade. Memasuki tahun 2011, Jasad melakukan pergantian personel di posisi drum. Itu pun karena terpaksa setelah Papap mengalami kecelakaan yang cukup parah. Jasad kemudian menggelar audisi. Dulu ketika Yuli memilih nama Jasad karena alasan ingin memberi kesan seram tapi tetap dalam bahasa Indonesia. Namun, sekarang mereka punya makna sendiri untuk nama band mereka. “Bagi saya Jasad bisa berarti jang sadayana atau jang sadunia,” seloroh Man. Bahkan sejak 2008, Man mengartikan nama Jasad dengan akronim yang lebih edan yakni: Jarang Ada Satria Abadi di Sini’,” jelas Man Apa pun, banyak parameter yang bisa dijadikan penanda bahwa Jasad sangat layak ditahbiskan sebagai band deathmetal paling berpengaruh untuk scene bawah tanah. Bukan hanya di Bandung, tapi juga tanah air.

Biografi Under18

Sejak dicetuskan pada pertengahan 1997, Tepeng (eks Stinky Mouth), Budrexxx (eks Hamster), Seeon (eks Burning All System dan Flip On), Iev (eks Black T-Shirt dan Tengik), serta Joko Big (eks As One, United Youth, dan Point of View), telah bersepakat memilih oldscholl hardcore sebagai katarsis. Dan, setelah 14 tahun berlalu, mereka tetap memainkan apa yang mereka pilih ketika kali pertama membangun Under 18. Maka tak berlebihan bila sekarang mereka layak menyandang status sebagai salah satu band yang punya pengaruh di scene Bandung Underground. Mendengarkan lagu mereka, kita serasa hidup di era 90-an ketika wabah NYHC tengah menjangkiti anak muda mundial. Dan seluruh personel Under 18 tidak menampik sama sekali bila sound lagu-lagu mereka dianggap sarat dengan karakter itu. Ada resam yang sangat kental dari sang legenda NYHC, Warzone.
“Warzone adalah inspirasi terbesar yang memengaruhi musik Under 18. Dan bagi kami, Raybeez (vokalis Warzone, red) ibarat seorang lord,” tutur Andri Budrex, basis Under 18. Tapi, mereka tak mau terbuai dengan pengaruh Warzone. Di tangan Under 18, pengaruh NYHC direkonstruksi ulang sedemikian rupa sambil diselipi substansi lokal. Jadilah musik Under 18 seperti sekarang. Empat belas tahun jelas bukan waktu sebentar untuk memegang komitmen mempertahankan persepsi yang sama dalam sebuah wadah bernama Under 18. “Jujur saja, kami kadang dihinggapi rasa lelah dan jenuh. Tapi, alhamdulillah kami bisa mengatasi semuanya. Dan semua ini tak lepas dari support teman-teman di scene Bandung Underground,” imbuh Budrex. Bicara soal Under 18 adalah bicara soal sebuah band yang matang karena ditempa jam terbang. Matang di atas panggung. Bayangkan saja, personel band ini sudah mulai bermusik saat berusia rata-rata 15-16 tahun. Sebagai bentuk terima kasih atas pencapaian mereka selama ini, Under 18 tak pernah lelah menebar pesan akan pentingnya saling dukung di antara keluarga besar Bandung Underground. Simaklah lagu Bandung Brotherhood atau Loyalitas. “Kita harus bertima kasih pada sesuatu yang telah berjasa menjadikan Under 18 seperti sekarang ini,” tegas Budrex.

Biografi Billfold

Silakan berfantasi mengenai apa saja ketika raungan gitar Angga, cabikan bas Ferrin, dan gebukan drum Pam Alayubi menopang teriakan Gania. Sebuah fantasi ranum yang dipicu sajian antara H20, Set Your Goals, dan sedikit Shelter, dalam bungkus vokal Gania yang terdengar fresh, aggressive, dan memancing kita untuk kembali menghujamkan kaki ke atas kepala teman.
Dibentuk pertengahan tahun 2010, Billfold memang berniat memberikan sebuah pemandangan beda di panggung metal kota kembang. Hardcore/punk dengan sentuhan vokalis perempuan, ah kita tak harus berangkat ke Negeri Paman Sam untuk menemukan band seperti ini! Hahaha…. Tapi, Billfold bukan hanya Gania. Mereka membalut diri dalam sebuah energi konfrontatif, antara hardcore, punk, dan little bit rock. Cobalah tutup mata ketika nomor It’s Over atau Save Them to Save Us diputar dengan level volume medium, kita akan dipapah menuju sebuah lorong di jantung New York 90-an. Bagi Gania, Angga, Ferrin, dan Pam, ibarat sebuah dompet yang bisa membungkus hal paling esensial ketika mereka bermain musik. “Dalam bahasa Inggris, Billfold memang berarti dompet,” tutur Gania.

Biografi Bleeding Cropse

Tak butuh waktu lama buat ‘konspirasi berisik’ ini untuk menyeruak ke permukaan. Tak ada alasan lain kecuali kualitas musik yang mereka suguhkan memang sangat mudah mengusik pikiran dan melelehkan kotoran yang menyumpal gendang telinga. Kencang. Rapat. Bakualitas. Mendengarkan brutal death metal ala Bleeding Corpse tak ubahnya memacu mobil sport dalam kecepatan maksimum.
Embrio Bleeding Corpse lahir saat Uus Death (bekas gitaris Balance of Terror) berkonspirasi dengan Ari (eks drumer Injected Sufferage dan Lumpur), Bobby (mantan vokalis Dishonest), dan Andrian, untuk membentuk band baru pada akhir 2005. Hanya perlu kurang dari setahun bagi empat sekawan itu untuk memberangus habis anggapan sebagai band kelas dua. Akhir November 2006, konspirasi ‘bangkaiberlumurdarah’ ini mengeluar promo CD yang berisi tiga lagu: Bangkai Para Pendosa, Simpuh Tubuh Terbunuh, dan Nista Maja Utama. Tiga lagu tersebut sudah cukup bagi mereka untuk mengibarkan bendera Bleeding Corpse sebagai band brutal death metal garda depan juga tanah air. Namun, mereka tidak berpuas diri. Demi melipatgandakan kebrutalan musik, mereka menambah satu gitaris lagi pada pertengahan 2007. Pilihan jatuh pada Lukman, bekas gitaris Filgrim. Namun, usai manggung di Bandung Death Fest 2, Lukman memutuskan cabut dari Bleeding Corpse. Dan setelah itu, konspirasi ‘bangkaiberlumurdarah’ tetap tangguh menjejak orbit metal tanah air dengan formasi kuartet. Pada akhir 2008, Bleeding Corpse merilis debut album mereka yang diberi judul Resurrection of Murder di bawah bendera Pieces Records.

Biografi Gugat

Dari bulan Juli 2000 s/d akhir tahun 2002 GUGAT mengikuti parade-parade band dan membawakan lagu-lagu Sepultura, awal tahun 2003 GUGAT mencoba membuat lagu sendiri dengan konsep musik Trash Metal dan menghasilkan satu lagu berjudul Mati Rasa yang direkam di Studio Bintang 41, demo tsb sempat diputar di Radio GMR. Ditengah kesibukan menggarap lagu lainnya, Jafar (Gitar) mengundurkan diri. Walau dengan satu gitar, GUGAT terus mengisi acara pentas musik di wilayah Cimahi.
Formasi ini bertahan hingga mengeluarkan satu single berjudul “Mati Rasa” yang tergabung dalam kompilasi Blasting Violent (Metal Head Productions). Namun setelah itu Black (Dram), Dronk (Bass) mengundurkan diri dan GUGAT pun sempat vakum. Ditengah kevakuman tsb, pada bulan Maret 2003 Oce (Gitar) bergabung menjadi Additional Gitar DINNING OUT. GUGAT terbentuk pada bulan Juli 2000 di Cimahi, dengan formasi awal : - Andy (Vokal) - Oce (Gitar) - Jafar (Gitar) - Dronk (Bass) - Black (Dram) Line-up GUGAT Bulan Agustus 2004 : - Andy (Vokal) - Oce (Gitar) - Budi (Bass) - Iman Dinning Out (Drum) Formasi ini tidak bertahan lama, Andy dan Budi pun mengundurkan diri. Awal tahun 2005 posisi Budi (Bass) diganti oleh Bayu sementara Andy (vokal) diganti oleh Diki dan Achie (Dinning Out). hingga sekarang line-up GUGAT adalah : - Achie (Female Vocal) - Dicky (Male Vocal) - Oce (Guitar) - Bayu (Bass) - Iman (Drum) Dan dengan formasi ini, GUGAT menggarap 6 materi lagu yang direkam secara Live (Semi Track) di Studio Bintang 41. Komposisi musik GUGAT banyak terpengaruh oleh Band seperti Pantera, Chimaira, Throwdown, Lamb of God, Machine Head, dll. Untuk lirik GUGAT bercerita tentang seputar kehidupan sisi gelap manusia, semua disajikan dalam balutan teriakan, typical scream dengan beat-beat yang variatif.

Biografi Megadeth

Megadeth adalah band Thrash Metal, Heavy Metal, Hard Rock dan Speed Metal dari Los Angeles California, yang yang dibentuk pada tahun 1983 yang didirikan oleh Dave Mustaine dan David Ellefson . Megadeth merilis dua belas album studio, enam live album, dua EP, dua puluh enam single, tiga puluh dua video musik, dan tiga kompilasi. Grup ini bubar di tahun 2002 karena Mustaine mengalami cedera otot, tapi kembali dibentuk di tahun 2004. Sebagai pelopor Thrash Metal Amerika, Megadeth naik ketenaran internasional pada 1980- an, tetapi mengalami banyak perubahan line-up.
Megadeth dikenal dengan gaya instrumental khas, sering kali padat, bagian- bagian yang rumit dan trade off guitar solo. Mustaine juga terkenal dengan “menggeram” gaya vokal, juga tema lirik yang bertemakan politik, perang, kecanduan, hubungan pribadi, dan gaib. Pada pertengahan-akhir 1980-an, Megadeth menjadi salah satu ” Big Four of Thrash ” bersama dengan Metallica , Slayer , dan Anthrax , yang bertanggung jawab untuk membuat, mengembangkan dan mempopulerkan Thrash Metal . Personel megadeth : Dave Mustaine (ex. Metallica)- Vokal, Gitar (1983- Sekarang) Chris Broderick (ex. Jag Panzer, Nevermore)- Gitar (2008- Sekarang) James Lomenzo (ex. White Lion , Ozzy Osbourne ) – Bass (2006- Sekarang) Shawn Drover – Drum, Percussion (2004- Sekarang) Mantan anggota : David Ellefson – Bass ( 1983-2002) Kerry King (Slayer)- Gitar (1983) Greg Handevidt – Gitar (1983) Dijon Carruthers – Drum (1983) Lee Rash – Drum (1984) Gar Samuelson – Drum ( 1984-1987) Chris Poland – Gitar ( 1984-1985 , 1985-1987 , 2004) Mike Albert – Gitar (1985) Chuck Behler – Drum ( 1987-1988) Jay Reynolds ( Metal Church ) – Gitar (1987) Jeff Young – Gitar ( 1987- 1989) Nick Menza – Drum ( 1989-1998 , 2004) Marty Friedman – Gitar ( 1990-2000) Jimmy DeGrasso – Drum ( 1998-2002) Al Pitrelli ( Savatage , Trans-Siberian Orchestra)- Gitar ( 2000- 2002) Vinnie Colaiuta ( Frank Zappa ) – Drum (2004) Jimmie Lee Sloas – Bass (2004) James MacDonough (ex. Iced Earth ) – Bass ( 2004-2006) Glen Drover – Gitar ( 2004-2008) Diskografi : Killing Is My Business… And Business Is Good! (1985) Peace Sells… But Who’s Buying? (1986) So Far, So Good… So What! (1988) Rust in Peace (1990) Countdown to Extinction (1992) Youthanasia (1994) Hidden Treasures (Kumpulan lagu-lagu dari soundtrack film dan album tribut) (1995) Cryptic Writings (1997) Cryptic Sounds – No Voices In Your Head EP (1997) Live Trax (album rekaman konser, dirilis di Jepang) (1997) Risk (1999) Capitol Punishment: The Megadeth Years (Greatest Hits) (2000) The World Needs a Hero (2001) Killing Is My Business… And Business Is Good! (Remixed / Expanded) (2002) Rude Awakening (Live) (2002) Still alive….and well? (2002) The System Has Failed (2004) United Abominations (2007)

Biografi Pantera

Ditengah merebaknya anggapan publik dunia pada era awal hingga pertengahan 90-an bahwa style hair metal, speed metal, power metal, dll, band asal Texas ini muncul dan membuktikan bahwa anggapan tersebut adalah salah. Dengan masih membawa pengaruh kental dari band-band metal era 80-an, mereka mulai menjajaki dunia industri musik di Amerika. Pantera mendobrak dengan debut album mereka Cowboys from hell pada tahun 1990. Album kedua mereka yang dirilis tahun 1992 Vulgar Display of Power yang membuat mereka menjadi band metal papan atas dan disejajarkan dengan band-band veteran seperti Metallica, Megadeth, Slayer dan Anthrax, kesuseksan mereka pun disusul oleh beberapa pendatang baru seperti Sepultura dan White Zombie. Berikutnya mereka merilis album Far Beyond Driver pada tahun 1994, setelah menjalani tur panjang selama hampir dua tahun, mereka pun segera menjadi band teratas di Amerika dan album mereka menempati posisi teratas chart Top 200 Billboard dengan lead single "I'm Broken". Ditengah puncak popularitasnya, mereka pun mulai mengalami konflik dalam tubuh band Pantera, kurang dari dua bulan pacsa rilisnya album The Great Shoutern Trendkill tahun 1996. Anselmo (vokal) mengalami overdosis heroin setelah konser mereka di Texas, ketegangan antara ia dan personel lainnya pun makin memuncak. Ditengah konflik intern tersebut, Anselmo mulai disibukkan dengan beberapa proyek pribadinya yang membuat ia semakin jauh dengan Pantera. Pada tahun 1997 mereka mengumpulkan materi untuk album live Official live: 101 Proof yang akan dirilis ketika sudah jelas bahwa mereka tidak akan merilis album studio selama beberapa waktu berikutnya. Tahun 2000 Pantera merilis album terakhir mereka dan merupakan album reuni mereka 'Reinventing the Steel'. Mereka pun kembali berpisah dan membentuk beberapa band seperti Damageplan, Down dan Superjoint Ritual. Pantera secara resmi bubar pada tanggal 8 Desember 2004 ketika gitaris mereka Dimebag Darrell terbunuh saat mereka melakukan pertunjukan oleh fans-nya. Kasus pembunuhan ini kemudian mendapat sorotan media selama beberapa waktu. Ditengah rasa emosi dan penghargaan terhadap Band ini, muncullah kesepakatan untuk menetapkan Pantera sebagai band metal terbaik era awal hingga pertengahan 90-an dan tak ada satu pun band metal yang dapat menyamainya. Damageplan, pembunuhan Darrell dan sesudahnya (2004-sekarang) Setelah pecahnya Pantera, Darrell dan Vinnie membentuk band baru, Damageplan, dengan vokalis Pat Lachman dan bassis "Bob Zilla." Kelompok ini merilis album pertama mereka, New Found Power, pada bulan Februari tahun 2004. Album ini sukses secara komersial; lebih dari 44.000 eksemplar terjual dalam minggu pertama saja dan dalam waktu setahun lebih dari 100.000 eksemplar terjual. Namun, beberapa fans merasa bahwa materi Damageplan masih tidak sebagus Pantera. Tragedi terjadi sementara band ini tampil di sebuah acara 8 Desember 2004 di Villa Alrosa di Columbus, Ohio. Ketika, kurang dari satu menit lagu pertama mereka, tiba-tiba mantan marinir yang dalam keadaan tidak stabil, Nathan Gale, 25 , melompat di atas panggung dan menembak sekaligus membunuh Darrell, 38. Gale juga membunuh Nathan Bray, 23, karyawan klub Erin Halk, 29, dan keamanan resmi Pantera Jeff "Mayhem" Thompson, 40, terluka. Ketika Anselmo disebut sebagai akibat pembunuhan, Rita Haney, pacar Darrell, menjawab salah satu panggilan dari Anselmo dan berkata "blow [Anselmo's] head off" jika ia menghadiri pemakaman Darrell. Komentar umum yang dibuat oleh Phil Anselmo berikut ia telah menyarankan Darrel untuk bersatu kembali dengan band(Pantera) sebelum kematian Darrell. Namun, satu tahun setelah pembunuhan, Vinnie menyatakan dalam sebuah wawancara bahwa reuni ini tidak akan pernah terjadi. Pada tanggal 11 Mei 2006, VH1 Behind the Music yang menampilkan Pantera ditayangkan. Fokus tertuju pada pembunuhan Darrell, episode juga rinci membahas detailed the band's glam metal beginnings, sebuah kemajuan dalam popularitas setelah perubahan arah musik, dan konflik antara Anselmo dan saudara Abbott dalam setahun kemudian membuat mereka sedih Ketika ditanya oleh Crave Musik di tahun 2006 jika ada kesempatan untuk melakukan rekonsiliasi dengan Phil Anselmo, Vinnie Paul menjawab "Tentu saja tidak.." mantan drummer Pantera memulai bekerja pada Hellyeah, sebuah kolaborasi antara dirinya dan anggota dari Mudvayne dan Nothingface. Kedua Anselmo dan Brown telah bersatu kembali dengan Down, dan didukung Heaven And Hell dan Megadeth pada tur Kanada mereka tahun 2007, serta mendukung Metallica pada World Tour Magnetic.

Kamis, 07 Februari 2013

Biografi Motor Death

MOTORDEATH lahir di Kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia tepatnya bulan Januari pada tahun 1993. MOTORDEATH memiliki arti dan makna sebagai suatu pesan dari ketidakpuasan terhadap degradasi moral, ideologi, kondisi-kondisi sosial, dan pesan-pesan lainnya tentang keberadaan masalah-masalah kehidupan. Nama MOTORDEATH tidak bisa diartikan secara harfiah, tetapi secara metafora yang berarti ‘kebisingan pesan yang membuat gendang telinga pecah’ yang ditujukkan pada manusia-manusia yang disasar sebagai ‘media’ pemberontakan. Formasi MOTORDEATH pertama kali 3 orang, yaitu; Ratno (Bass-Vocal), Yana (Guitar) dan Hendra (Drums). Konsep MOTORDEATH secara musikalitas cukup sederhana. Tone and manner serta komposisi musik menggabungkan aspek kecepatan dan teknik apa adanya. Kemudian Formasi MOTORDEATH bertambah setelah Vocalis JASAD-Yadi Behom bergabung dengan MOTORDEATH pada tahun 90-an. Pada Tahun 2010, Formasi – MOTORDEATH kembali pada formasi awal, yaitu: Ratno (Bass&Vocal), Yana (guitar) dan Hendra (Drums). Saat ini MOTORDEATH sedang menyiapkan materi untuk album baru dibawah naungan MOTORDEATH Management. ALBUM 1. DESPAIR – 1999 LABEL: ESP Song List: 01 Demonstration 02 Born From Hate 03 Despair 04 Screaming Of The Grave 05 Breath In The Suffering 06 Diktator 07 Under Suppression 08 Despair ( Live at Poster Cafe ) 2. Malicious Mind – Album Title - Brutally Sickness – “Bloody Sounds Of Death” Release Year – 2000-Release Labels - Extreme Soul Production 3. Deceiver Brain – Album Title - Brutally Sickness - "Millenium Sounds 2000" 4. Hiperbola Angka – Single for new Album Yana : guitar Hendrik : guitar Ratno : bass - vocal Hendra : drum

Biografi Forgotten

Biografi Band Forgotten, Profil Band Forgotten, Heavy metal - Terbentuknya FORGOTTEN tidak pernah lepas dari sejarah komunitas musik HOMELESS CREW di Ujungberung. Kota kecil di timur kota Bandung, sesak oleh industri, padat oleh penduduk, kumuh oleh imigran. Sebuah komunitas musik sebagai wadah dari ketidakpuasan kondisi sosiokultur yang dirasa makin tak beridentitas. Mereka lahir dan berkembang untuk menjadi sebuah counter culture. Tahun 1994 FORGOTTEN terbentuk dengan formasi: § Ferly } gitar § Toteng } gitar § Kardun } bass § Addy Gembel } vokal § Kudung } drum Bulan January 1997 album pertama “FUTURE SYNDROME” di rilis. Debut album yang di rekam di PALAPA STUDIO Bandung, bermaterikan enam buah lagu berlirik Inggris di rilis oleh bendera indie lokal PALAPA RECORD. Peredarannya mencakup wilayah Indonesia dan Asia. Sedangkan untuk peredaran di wilayah Eropa di rilis oleh perusahaan indie Jerman MORBID RECORDS.
Bulan Maret 1998 album single promo FORGOTTEN bermaterikan dua buah lagu dengan titel “OBSESI MATI Promo Tape 98″ di rilis di bawah perusahaan indie lokal ROCK RECORD. Di tengah kesibukan berbagai proyek kompilasi sejumlah label record, Ferly pemain gitar mengundurkan diri. Proyek full album yang ke dua mulai di garap pada bulan Februari 2000. Bertempat di studio Rehearsal 40124 Bandung, sepuluh materi lagu mulai di rekam. Di bawah label indie lokal Extreme Soul Production, bulan Agustus 2000 album kedua “OBSESI MATI” dirilis. Pada album inilah akhirnya Kudung pemain dram mengundurkan diri dan untuk sementara posisinya di gantikan oleh Andris dramer dari DISINFECTED. Bulan Juli 2001 FORGOTTEN masuk studio lagi. Bertempat di Bintang 41 studio Bandung, empat buah lagu berlirik Indonesia di garap. Dengan titel “TUHAN TELAH MATI” bulan Agustus 2001 mini album tersebut dirilis di bawah perusahaan indie lokal ROCK RECORD. Mei 2002 Kardun pemain bass mengundurkan diri dan untuk sementara FORGOTTEN masih memakai pemain bass additional, Dikky dari POSTMORTEM. Bulan Maret 2003 FORGOTTEN merilis album ‘TIGA ANGKA ENAM dibawah label ROTTREVORE RECORDS. Pada masa inilah akhirnya Andris (drum) mengundurkan diri dan posisinya di gantikan sementara oleh pemain drum MOTOR DEATH. TENTANG MUSIK DAN LIRIK Bicara tentang musik dan lirik FORGOTTEN semua tidak bisa di lepaskan dengan realitas yang sedang terjadi di sekitar kita. Sebagai sebuah refleksi realitas yang berasal dari suatu kondisi psikologis tertentu yang di tuangkan kedalam bentuk notasi dan syair beraturan. Singkatnya adalah ekspresi kejujuran. Realitas bisa menimbulkan berbagai macam interpretasi tergantung dari sudut pandang individunya masing-masing. Sudut pandang itulah yang bisa menimbulkan kondisi-kondisi ekstrim kejiwaan tertentu. Kondisi kejiwaan ekstrim inilah yang coba di refleksikan kedalam musik dan lirik FORGOTTEN. Sudut pandang yang di pakai tentu saja yang radikal. Tentang pengaruh dalam bermusik itu pasti ada. Tak ada musik yang tak terpengaruh apa-apa. Musik itu tidak murni. Yang ada adalah musik berkarakter. Semua saling mempengaruhi satu sama lain sehingga melahirkan genre musik baru. Karakter inilah yang terbentuk melalui sebuah proses yang panjang, rumit, dan melibatkan semua unsur yang ada pada masa lalu maupun yang sedang berlangsung saat ini. Pengaruh terkuat musik dan sound FORGOTTEN adalah musik-musik heavy metal era tahun 80-an dan 90-an. Seperti Deep Purple, Iron Maiden, Black Sabbath, Dream Theatre, Yngwee Malmsteen. Yang paling dominan adalah pengaruh band thrash metal dan Deathmetal era 90-an seperti Slayer, Kreator, Testament, Pantera, Death, Soltice, Obituary, Malevolent Creation. Lirik FORGOTTEN banyak bicara tentang realitas. Kasar, jorok, vulgar. Pemilihan diksi kalimat yang di tampilkan adalah kata yang cenderung berimplementasi pada eksplotatif-seporadis.sastra sarkastik. Nuansa sisi gelap manusia selalu di tonjolkan dan mendominasi setting background lagu dengan mayoritas tema berkisar tentang depresi, nihilisme, schizophrenic, putus asa, politik sosial, kematian, kehancuran budaya, psikoanalisis, dan kekerasan. Pengaruh lirik dari berbagai sumber. Paling besar berasal dari buku-buku yang di baca. Buku sastra, filsafat, budaya,politik maupun buku teks. Yang “kanan” maupun “kiri”. Buku Paulo Freire, Nietzche, Che Guevara, Ayu Utami, Enny Arrow, Pramudya Ananta Toer, kitab Injil, Al-Quran, Sigmund Freud, Karen Armstrong, Noam Chomsky, Albert Camus, Play Boy, CrimeThink, Karl Marx, Emma Goldman, Kahlil Gibran, buku terbitan CrimethInc, Agus Noor, Rendra, lirik Iwan Fals. Pengaruh dari film terutama karya dari Stephen King, Garin Nugroho, Steven Spielberg, Walt Disneys, Vivid Entertainment, dan semua wacana yang menawarkan subjek pertanyaan tuhan, surga, neraka, pahala, dosa, setan, dunia, akhirat. Segala bentuk wacana yang dianggap mapan oleh publik dan di gugat kembali oleh FORGOTTEN. TENTANG ATTITUDE Sedikit saja yang akan saya ulas tentang attitude band. Sebetulnya secara implisit masalah attitude ini sudah dapat terbaca pada SESSI 1 dan SESSI 2. Yang akan saya lakukan hanyalah penegasan dari apa yang telah di paparkan diatas. Karena kita bicara attitude di sini bukan atas nama individu tapi lebih fokus kepada attitude sebuah band secara utuh. Sebelumnya ada sebuah pertanyaan mendasar tentang hal tersebut, yaitu “musik dulu baru attitude?” atau “attitude dulu baru musik?”…faktor apa yang paling dominan untuk mempengaruhi karakter sebuah band ?… Dari pengalaman FORGOTTEN, ternyata keduanya tidak dapat di pisahkan. Keduanya berperan sama penting di dalam memberikan pengaruh pembentukan karakter sebuah band. Pada akhirnya akan sangat mempengaruhi corak dan warna dalam berkarya. Lalu pertanyaannya adalah “seperti apakah attitude dari FORGOTTEN sebagai satu kesatuan utuh sebuah band?…” Jawabannya adalah : dengarkan kaset/cd nya pada posisi volume 6 ( ditemani sebotol bir dingin akan lebih baik !), baca dan resapi setiap liriknya, tonton konsernya, rock your hate, roll your pain. Intinya adalah you’re the fuckin’ rules !… Line Up : # Addy Gembel : Vocalist # Toteng : Guitarist # Gagan : Guitarist # Dicky : Bassist # Rifki : Drummer Influences : IRON MAIDEN,,MALEVOLENT CREATION,,DEICIDE,,SLAYER,,METALLICA,,TESTAMENT, BOOKING MANAGEMENT : ROCK MANAGEMENT C/O ADDY JL.CICUKANG Gg.SAYUDI No.70 BANDUNG 40294 JAWA BARAT INDONESIA PH.62-022-7805070 Hotline : 08156166637 e-mail : terlaknat@lycos.com DISCOGRAPHY TAHUN 1994 SAMPAI 2008 YANG SANGAT TIDAK DISKO : - ALBUM “FUTURE SYNDROME”, PALAPA RECORDS 1997. - KOMPILASI “BANDUNG HOLOCAUST”, HOLOCAUST RECORDS 1997. - KOMPILASI “INDEPENDENT REBEL”, AQUARIUS RECORDS 1998. - SINGLE PROMO “OBSESI MATI 98″, ROCK RECORDS 1998. - KOMPILASI “BRUTALLY SICKNESS”, E.S.P 1999. - ALBUM “OBSESI MATI”, E.S.P. 2000. - KOMPILASI “BLOODY SOUND OF DEATH”, E.S.P. 2001. - MINI ALBUM “TUHAN TELAH MATI”, ROCK RECORDS 2001. - KOMPILASI “DEATH TRIBUTE TO METALLICA”, TRUE LIES PRODUCTION 2002. - KOMPILASI “4 HARVEST LIVE RECORDING”, DISCHORDS RECORDS 2002. - KOMPILASI “DIMENSI KEMATIAN”, EDELWEISS RECORDS 2002. - KOMPILASI “LIFE AFTER DEATH”, SINUSITIS PRODUCTION 2003. - ALBUM “TIGA ANGKA ENAM”, ROTTREVORE RECORD 2003. - DVD “ROTTREVORE DEATH FEST”, ROTTREVORE RECORDS 2006. - TIGA ANGKA ENAM “RE-RELEASE” ROTTREVORE RECORDS 200

Balcony History

MUKA LAMA, BEBERAPA LAGU BARU, DAN SEDIKIT HARAPAN YANG MEMBUAT MEREKA TERPIKIR UNTUK COMEBACK! ENJOY!
OKTOBER 1994: Inilah jawaban atas pertanyaan: kapan band ini ‘resmi’ berdiri. Namun, Balcony saat itu belumlah menjadi ‘Balcony’, sebab mereka masih meng-cover lagu-lagu Sick of It All. Bagi mereka, membawakan lagu orang lain di atas panggung tidak membuat sebuah band menjadi hardcore atau setidaknya jujur mewakili identitas diri sendiri. 1995-1996: Sebuah catatan penting mereka toreh dalam rentang waktu tersebut. Dengan sebuah line up baru, Balcony bermetamorfosa menjadi sebuah band yang sesungguhnya, setelah mampu mencipta dan membawakan lagu sendiri. Nilai-nilai yang ditebarkan Slayer, Sepultura, Sick of It All, Bad Religian, dan sederet band yang mendunia saat mereka menjalani masa puber, banyak memengaruhi karya awal Balcony. Namun, Balcony terus mencari sebuah identitas. Proses pencarian inilah yang kemudian jadi kromosom paling dominan yang menyusun embrio lagu berjudul Flower City. Mereka ingin kalimat itu memekik dari tenggorokan mereka (dan kita semua). Menyeruak di antara euforia HC yang pada era 95-an menjadi sesuatu yang menginfiltrasi banyak kepala anak muda, 1997: Setelah melakoni perjalanan hidup yang repetitif mulai dari aktif di scene, pencarian identitas, mencipta lagu baru, menghajar pangung demi panggung, Balcony merilis album pertama bertajuk Instant Justice pada khir September 1997. Mereka mengklaim album tersebut sebagai identitas baru. Ibarat metamorfosa seekor ulat, mereka sudah memiliki kaki, antena, sayap, dan warna. Di balik kesederhaannya, Instant Justice jadi representasi atas semua gejala yang muncul di ruang-waktu tempat mereka menghela napas. Lebih dari itu, Instant Justice juga menjadi batu pijakan bagi Balcony untuk mulai menggapai mimpi baru. 1998: Gempa politik yang menghantam negeri ini turut pula berimbas pada Balcony. Panggung terhenti. Aktivitas lain tersendat. Langit nusantara menghitam dan identitas Balcony memudar di bawahnya. Sementara di luar sana, kebencian membakar toko, amarah memperkosa hak sesama, dan arogansi bertiwikrama jadi barikade. Praktis Balcony tak bisa melakukan apa pun pada masa itu. 1999: Setelah prosesi ‘meditasi’ hampir setahun lebih, mereka akhirnya merilis album kedua berjudul Terkarbonasi. Album yang proses penggarapannya memakan waktu tiga bulan (Juni-Agustus) merepresentasikan sedikit perubahan dari sekian banyak yang ingin mereka ubah. Dari sisi musikal, lirik, atau apa pun itu. Namun, yang lebih penting, album tersebut merupakan usaha total untuk menghindari lubang stagnansi. Visi 12 lagu yang mereka suguhkan di album itu pun jauh dengan album pertama. Terkarbonasi bukan sekadar permasalahan identitas, namun bagaimana dan apa yang harus dilakukan setelah mendapatkan identitas? Apa yang akan dilakukan ketika identitas menghilang dan terkarbonasi. Apakah hardcore harus mengidentitaskan dirinya dengan satu pola bermain gitar? Dengan satu pola bermain musik? Dengan riff-riff stereotip tiga nada itu? Apakah hardcore harus identik dengan tipikal kental yang ada pada album pertama mereka? Apakah hardcore berarti mengabdi pada satu definisi identitas, mandeg dan tak bisa kemana-mana? Apakah hardcore itu? Apakah pernah kita tanyakan bagian hardcore sebelah mana kita mengidentifikasikan diri kita atau scene kita? Atau terlalu rumitkah untuk mengerti bahwa hardcore tak lebih sebagai media komunikasi bagi kita, hardcore adalah kami dan kalian, aku, dan kamu. Sampai kita semua tak mampu lagi berkomunikasi, mengidentifikasikan diri kita dengan makna apa pun. 2000: Identitas baru mereka dapatkan dari tahun yang penuh gejolak. Dari sekian panggung, penggarapan materi baru, dan juga banyak pengalaman, akan menggores sesuatu di masa datang. Kehadiran seorang anggota keluarga baru turut mewarnai langkah Balcony di masa itu. Masa di mana Balcony banyak mengalami masalah, pemblejetan otak, timbulnya idealisme-idealisme baru yang harus mereka telaah untuk sebuah masa yang akan mereka lewati setelah itu. 2001: Inilah tahun di mana mereka merasa harus lebih dewasa dalam berbagai hal. Satu karya baru telah rampung dikerjakan di mana semua individu yang mendengarkan pasti akan merasa aneh dengan konsep yang ditawarkan. Sebuah bentuk kolaborasi yang mereka kerjakan adalah sebuah bentuk pernyataan untuk tidak terjebak oleh satu stereotip musik. Satu hal yang mungkin menjadi sebuah catatan bahwa secara musik atau ide mereka tidak akan terbatasi sampai di situ. Mereka ingin terus mengepakkan sayap. Atau bahkan mati tanpa jejak. 2003: Selama hampir dua tahun tidak pernah merilis apa-apa, mereka menyusun agenda hidup kolektif busuk dalam bentuk rekaman bertajuk Komposisi Metafora Imajinar. Tujuh komposisi imajinar yang termuat dalam album tersebut merupakan dedikasi Balcony kepada semua pihak yang telah menemani, mencacimaki, dan bahkan meludahi mereka dalam kehampaan hitam pekat yang banyak orang menyebutnya kehidupan. Sangat pekat sampai-sampai mereka memerlukan kacamata hitam penawar pekat. Sangat pekat sampai-sampai penglihatan mereka sering berbeda dengan orang lain. Dan mereka berikrar, demi setan dan sekutunya, mereka tidak pernah dan tidak akan peduli! Begitu juga dengan agenda Metafora Komposisi Imajinar ini yang terdengar (lagi-lagi) lain dengan album-album mereka sebelumnya. Mereka hanya berusaha berbagi penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasaan mereka selama dua tahun terakhir lewat komposisi-komposisi imajinar ini. Setelah tiga belas tahun bernaung dalam kolektif busuk, kepak sayap mereka akhirnya terhenti. Tapi, kupu-kupu penuh warna bernama Balcony tak mungkin punah ditelan ketidakpastian. Bahkan dengan atau tanpa reuni — sebuah agenda busuk lain yang mereka gadang dalam beberapa tahun terakhir, Balcony tetap akan dikenang sebagai band yang pertama kali meneriakkan kalimat Flower City Hardcore! Members Barus-vokal Febby-drum Jojon-gitar Ramdan-bas Barus-vokal Febby-drum Jojon-gitar Baddick-bas Barus-vokal Febby-drum Jojon-gitar Ramdan-gitar Baddick-bas