Sabtu, 16 Maret 2019

Mini Album Review: Revenge The Fate - 'Awakening'

Berjeda empat tahun pasca Redemption, Revenge The Fate akhirnya menelurkan sebuah mini album dengan tajuk Awakening. Terdapat lima buah lagu yang disertakan, termasuk "Paranoid" yang sudah dirilis terlebih dahulu. "Siapa yang hari ini tidak kenal Revenge The Fate?" Jika pertanyaan ini dilontarkan sekitaran tahun 2009-2013, sepertinya akan banyak yang mengacungkan jari, meski sebenarnya mereka resmi terbentuk di tahun 2009. Nama mereka total melejit setelah merilis album perdananya, Redemption di tahun 2014. Album ini yang mengantarkan mereka ke jajaran grup musik dengan penggemar paling banyak, bisa juga dikatakan sebagai band yang "memperkenalkan" deathcore dengan lebih luas. Meski pasti ada band yang memainkan musik deathcore sebelum Revenge The Fate (di Indonesia), rasanya kita perlu mengakui bahwa merekalah yang membuat istilah tersebut menjadi lebih familiar di telinga pendengar musik cadas. Selain karena Redemption menawarkan hal baru di tengah musik ekstrim, mereka juga mengemas pesta perilisannya dengan cerdik, di mana mereka merayakannya dalam format festival dan mengundang beberapa kawan band yang sudah "punya nama" di ranah musik independen, seperti Burgerkill, Jasad, Rosemary, Don Lego dan lain-lain. Hal ini berdampak pada kemudahan penyebaran informasi, mengingat band-band (selain Revenge The Fate) tentu mengundang banyak massa yang pada akhirnya juga turut "sadar" tentang hadirnya Revenge The Fate, tanpa mengesampingkan pesona dari Revenge The Fate itu sendiri. Pasca Redemption, Revenge The Fate beberapa kali menelurkan karya. Yang terbaru adalah sebuah EP dengan titel Awakening, dirilis pada 10 November 2018. Mereka kemudian menyelenggarakan pesta perilisan tanggal 2 Desember 2018 di Spasial, Bandung tanpa mendapat "amunisi tambahan" seperti yang mereka lakukan empat tahun silam. Mereka lah yang menjadi penguasa panggung, berinteraksi langsung dengan Colony. Ternyata, hari ini mereka memang sudah membentuk pasarnya sendiri. Menjadi satu-satunya band yang tampil tidak serta merta membuat area depan panggung menjadi kosong, karena jumlah sekaligus loyalitas dari Colony sudah semakin menguat. Tapi, bukan tentang penyelenggaraan konser tunggal yang akan menjadi fokus di sini. Mari kita membahas tentang karya Awakening, sebuah bentuk pengejawantahan tentang bangkitnya Revenge The Fate setelah menghadapi dinamika, salah satunya ketika Cikhal tak lagi ada dalam tubuh Revenge The Fate. Kehadiran Mow dan Gery di lini gitar tentu memengaruhi bagaimana materi Revenge The Fate terkini, tanpa mengesampingkan peran personil lain yang tetap bertahan. Jadi, bagaimana hasilnya kali ini? Terdapat lima buah lagu dalam Awakening, yaitu "Katarsis", "Frail", "Continuous", "Enormity" dan "Paranoid". Dari lima buah lagu ini, satu yang sudah saya dengar sebelum konser tunggal adalah "Paranoid", dan lagu ini total mengubah pandangan saya tentang Revenge The Fate. Ibarat kata, mereka semacam me-redefinisi deathcore, "meningkatkan" level deathcore di Indonesia. Sejak itu, saya merasa wajar untuk menganggap bahwa karya lainnya dalam Awakening amat menjanjikan. "Katarsis" menjadi track pertama pada EP ini. Sejak petikan gitar beserta efek dimainkan di awal lagu, atmosfer yang gelap kontan terbangun. Tak lama setelahnya, instrumen lain turut menghantam kencang, saling tumpang tindih menciptakan musik yang rapat. Anggi, yang lebih memilih mendominasi vokal dengan teknik growl berperan besar dalam memperkuat nuansa yang sejak awal sudah dibangun. Sisipan melodi gitar yang rumit dan latar suara yang diciptakan dari sampling juga ambil bagian. Belum lagi, permainan instrumen drum yang memberondong sepanjang lagu membuat "Katarsis" jelas membuka Awakening dengan sajian yang penuh nutrisi. Tak jauh berbeda di track kedua, "Frail". Meski secara tempo tidak secepat "Katarsis", namun tetap lagu ini membuat panas telinga. Pola permainan break down di tengah lagu dan sedikit jeda menuju akhir lagu semacam memberi ruang untuk kita bernafas sejenak. Tidak untuk waktu lama, karena Revenge The Fate jelas tidak berniat untuk memberi ampun. Lagu ketiga adalah "Continuous". Semacam jadi "peringatan", teror sejak lagu sebelumnya memang dilanjutkan di sini. Seperti dua lagu sebelumnya, lagu dibuka dengan harmonisasi gitar dan disambut riuh permainan instrumen lain. Nada-nada berat dan rendah berkat senar tujuh dan delapan pada gitar dan senar lima pada bas yang dipakai terdengar jelas. Melodisasi gitar juga kembali terdengar di tengah lagu, memainkan nada-nada minor yang ditonjolkan dengan dilatari suara sang vokalis yang sedang merapal. Sedikit banyak, "Continuous" mengingatkan pada karya Revenge The Fate di album sebelumnya. Hanya saja, kembali lagi, Awakening menawarkan sesuatu yang baru, memperlihatkan kapabilitas Revenge The Fate yang makin matang. Lagu selanjutnya adalah "Enormity". Pada track ke-empat ini, dinamika Revenge The Fate makin terdengar. Di tengah lagu, mereka menyisipkan pola vokal macam choir, paduan dari clean vocal dan teknik throat singing, memberi sedikit kemungkinan untuk bisa dinyanyikan oleh para Colony ketika menyaksikan Revenge The Fate tampil secara live. Suara kibor yang minor juga sarat terdengar pada lagu ini, makin membangun citra seram dan horor. Tempo yang dinamis juga disajikan dengan sangat apik dalam lagu ini, nyaris tanpa cela. Awakening ditutup oleh "Paranoid". Sekali lagi, inilah lagu yang membuat saya berharap banyak pada Awakening. Nyatanya, bisa dibilang saya memang tidak salah kira. Lagu ini semacam menjadi spoiler bahwa banyak eksplorasi baru yang bisa kita temukan pada materi terbaru Revenge The Fate. Para personil semacam tak ragu-ragu untuk saling unjuk kemampuan, makin berani untuk "bermain-main" dan "bersenang-senang". Setiap bagan dan permainan musiknya benar-benar menunjukan bahwa penggarapan materi teranyar Revenge The Fate memang diramu sedemikian rupa, tidak menjadi EP yang "sekadar jadi". Jika boleh memberi predikat, saya rasa Awakening adalah salah satu album mini terbaik di tahun 2018. Memang sudah sepatutnya Revenge The Fate "menyelamatkan diri", karena hari ini deathcore sudah jadi pilihan banyak orang untuk membuat karya dan mereka pun tidak kalah berkualitas. Kehadiran Mow dan Gery nyatanya memberi efek yang total positif untuk Revenge The Fate. Standarisasi Revenge The Fate menjadi makin tinggi lewat Awakening, dan tugas mereka ke depannya menjadi semakin berat. Haram hukumnya jika mereka berpuas diri dengan Awakening, karena dengan ini para Colony pasti menantikan sesuatu yang makin berbahaya dari Revenge The Fate. Jangan sampai tidak mendengarkan Awakening! Silakan nikmati dan perkaya nutrisi dengan lima materi yang padat gizi ini. Tapi, harap diingat bahwa seluruh materi dalam Awakening sangat bising dan melelahkan. Jika kamu tidak sanggup menikmati musik macam ini, kalian masih punya seabrek band pop punk untuk jadi pilihan. https://youtu.be/FeqDTHAheZ4