Rabu, 26 September 2012

Integritas Dalam 10 Tahun Alone At Last*


Menyatukan lagi serpihan-serpihan yang sempat tercerai mungkin itu adalah kalimat yang cocok untuk menggambarkan Alone At Last* (AAL) dalam masa sepuluh tahun ini dan klimaksnya adalah sebuah karya di tahun ke 10 kami berdiri sebagai sebuah band.


Masa sepuluh tahun ini baru menjadi ujian pertama yang sesungguhnya sebuah fase awal dalam pembentukan karakter musikalitas kami. Bila menengok sepuluh tahun kebelakang sejak berdirinya kami 14 April 2002, Athink, Bahe, Abox mendirikan Alone At Last*. Kemudian masuknya Yas, dan Ubey yang menggantikan Abox pada bass, sampai terciptanya Album pertama berupa E.P Sendiri Vs Dunia dengan formasi Yas, Athink, Bahe, Papap dan Ube serta pada saat itu dimanajerin oleh Anoy. Kemudian dicap dan dikenal kalau band ini bergenre Emo padahal saat proses terciptanya album E.P ini kami menciptakan lagu mengalir begitu saja. Bahkan tidak tahu kalau Emo saat itu sedang memasuki sebuah warna baru di musik Indonesia. Dan mungkin keluarnya album E.P ini disaat Emo sedang banyak digandrungi oleh anak-anak muda di Indonesia. Begitu meledaknya album ini jadwal manggung mulai menghiasi kalendar mingguan dengan menggusung Emo yang mungkin saat itu memang masih bisa dihitung band-band yang beraliran Emo. Sampailah disuatu fase dimana ketika itu Papap yang akan sedang melanjutkan studi S2-nya di Australia, membuat semua personil saat itu mau tidak mau diharuskan mencari pengganti kekosongan gitar yang akan ditinggal Papap. Maka dimulailah pencarian itu. Pencarian yang diupayakan akan membawa warna baru dalam musikalitas band ini, Pencarian itu jatuhlah kepada Ucay yang saat itu menjadi gitaris Beauty Forgotten yang awalnya diajak untuk mengisi posisi yang ditinggal Papap sebagai additional. Dengan jadwal manggung yang semakin banyak belum lagi di berbagai kota. Tiba pada saat band ini untuk mesahkan Ucay sebagai personil resmi dan akan memperkenalkanya kepada publik. Duet Ucay dan Bahe ini berjalan cukup lama sampai berlanjut di proses pembuatan rekaman di album kedua Jiwa. Disaat album Kedua Jiwa yang akan segera dirampungkan timbul suatu permasalahan baru yaitu dengan hengkangnya Bahe dari band ini. Davit yang sempat satu band bersama Ucay di Beauty Forgotten yang pada saat itu menjadi teknisi gitar di AAL di plot sebagai additional untuk mengisi kekosongan gitar yang ditinggal Bahe. Saat promo album Jiwa Davit dengan loyalitasnya yang tinggi terhadap band terus mengisi gitar sebagai additional.


Pada tahun 2008 AAL sempat mengalami fase naik turun dimulai ketika konser sekaligus launching album Jiwa, yang sedianya akan diselengarakan ternyata batal karena dampak dari tragedi AACC. Yang mana seminggu sebelumnya Beside baru saja menyelengarakan konsernya. Bayangkan saja semua sudah dipersiapkan sampai hal sekecil apapun tiba-tiba batal dan ini berdampak terhadap event-event musik di Kota Bandung yang semakin sulit mendapat perizinan. Tapi mau tidak launching album ini harus berjalan, kami akhirnya membuat press conference untuk album ini dengan mengundang berbagai media cetak dan elektronik. Jadwal manggung saat itu cukup sepi sampai ketika kami diajak bekerjasama oleh STV untuk program sekolah ke sekolah. Disitu kami bisa mempromokan album Jiwa. Pada tahun itu di saat LA Indiefest digelar untuk kedua kalinya kami mendapatkan kesempatan pada event tersebut untuk pertama kalinya dalam sejarah di Indonesia kolaborasi lima band indie yang melibatkan kami, Koil, Mocca, Pure Saturday dan Goodnight Electric. Event tersebut tidak akan mungkin dilupakan karena ditengah-tengah krisis event di Bandung saat itu ada event besar dan kami terlibat juga didalamnya dan itu juga sebagai saat yang tepat untuk promo album Jiwa.


Seiring berjalanya waktu ternyata pergantian di struktur manajemen mengharuskan Anoy harus keluar dari band ini. Maka saat itu ditunjuklah Kikio sebagai manajer untuk kami. Progress awal yang cukup baik dengan beragam event di berbagai kota dilanjutkan dengan gathering-gathering dan secret show yang mendekatkan kami dengan Stand Alone Crew (SAC). Beberapa berdampak dengan dan semakin meluasnya SAC yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Dan di akhir 2009 Kami sempat membuat sebuah konser “Walk Together Rock Together Concert” di Dago Tea House Bandung. Lebih tepatnya konser yang sempat tertunda pada 2008 lalu. Tiba saatnya Papap untuk kembali bergabung ke Band ini dengan formasi yang utuh Yas, Ucay, Ubey, Papap dan Athink. Setahun kemudian pada akhir tahun 2010 tepatnya di bulan Desember, kami sempat merilis dan melempar sebuah single yang akan menjadi benang merah untuk album ketiga nanti yaitu “Takkan Terhenti Disini”. Sekaligus juga membuat sebuah mini concert release party single “Takkan Terhenti Disini” di JB’S bar yang bertempat di Hotel Grand Hyatt Bandung. Memasuki tahun 2011, di sepanjang tahun ini begitu banyak cerita senang, sedih, intrik orang-orang terdekat yang terlibat dengan tim kami keluar dan pergi. Dan serpihan yang kembali lagi ke kami Bahe dan Papap. Belum fase dimana ego disetiap personil yang menghiasi naik turunya stabilitas kami, pergantian di manajemen membuat fase-fase itu menjadi proses ketahanan mental band ini. Dan terus sampai di mana Kikio mengundurkan diri dan digantikan oleh road manager yaitu Ikrar dengan sapaan akrabnya “Bang Ikrar”. Dan kami dipegang oleh tangan yang tepat yang mengerti luar dalam kami sisi teknis dan penjualan. Mungkin Athink lah satu-satunya sosok yang menjadi saksi secara langsung seperti halnya dalam setiap penampilan yang selalu duduk dibelakang drumnya menyaksikan band ini begitu banyak kejadian dan cerita-cerita sejarah kami sampai saat ini.


Berbicara Secara keseluruhan dalam proses penciptaan karya lagu adalah hasil dari jerih payah dan mempertahankan keutuhan band ini. Tiga album dalam sepuluh tahun adalah pembuktian kami. Kalau di album pertama kami masih coba-coba atas respon pendengar, album kedua meliputi rasa penasaran karena meledaknya album pertama, maka di album ketiga adalah penegasan!


Proses Album ketiga ini begitu banyak cerita materi sudah disiapkan dan GO Studio milik Davit dan Dito (Stereoplain) adalah tempat kami memulai dalam kreativitas pembuatan karya lagu kami. Dimulai dari Fajar dan Satrio (Alexa) yang menyempatkan mengunjungi room artist kami di sebuah event di Bandung. Dari pertemuan itu kita bisa mendapatkan kesempatan recording di studio Riverbrick milik Satrio yang terletak di Jakarta, dilanjutkan di Kill Studio milik Reza (Peterpan), take vocal di Hell Yeah studio milik Aska (Rocket Rockers) dan proses mixing di Invisible Room Owie (Keyla). Kelima studio itu menjadi saksi bisu dalam proses album ketiga ini begitu banyak orang-orang terlibat yang terus mendukung. Termasuk keluarga, orang tua, istri dan anak kami. Tim manajemen dan produksi kami yang handal, kerabat terdekat kami, orang-orang yang menyukai dan membenci kami dan sekumpulan teman-teman yang selalu menjadi garda terdepan di setiap penampilan kami yang selalu mensupport kami dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun yaitu Stand Alone Crew. Maka tak bisa memungkirinya dari semua fase berjalanya sampai ke titik sepuluh tahun ini Alone At Last* adalah lebih dari sebuah band dan mejadi satu kesatuan yang utuh seperti keluarga.


Di album ketiga kami memakai label sendiri Lonely End, kami sempat berpikir dalam mencari label tapi hal seperti itu janganlah terlalu dipusingkan. Lebih baik kita buat saja label sendiri dengan cara kami sendiri tapi dengan tujuan visi dan misi yang jelas agar pointnya sampai ke khalayak dan pendengar. Ada sedikit nuansa berbeda di album ketiga ini tidak seperti dua album sebelumnya Sendiri Vs Dunia dan Jiwa terdapat banyak nuansa di album yang menggambarkan proses pendewasaan dalam kreativitas kami di album ini tanpa mengurangi benang merah yang kami usung Emo. Fill in gitar yang dinamis, ketukan drum yang liar, sedikit permainan bass yang nakal plus lirik-lirik yang memotivasi penuh intrik lirih dan kebangkitan dalam hal universalnya yaitu Cinta yang berarti Integritas. Cintai dan Hargai semua bentuk kehidupan yang akan tersaji di album ini.


Integritas adalah sebuah konsep konsistensi tindakan, nilai-nilai, metode, langkah-langkah, prinsip, harapan dan hasil. Dalam etika, integritas dianggap sebagai kejujuran dan kebenaran yang merupakan kata kerja atau akurasi dari tindakan seseorang. Integritas dapat dianggap sebagai kebalikan dari kemunafikan dalam yang menganggap konsistensi internal sebagai suatu kebajikan dan menyarankan bahwa pihak-pihak yang memegang nilai-nilai yang tampaknya bertentangan harus untuk mengubah keyakinan mereka.


Tak lebih kami hanya bisa mengucapkan terimakasih atas karunia ALLAH S.W.T tanpa Nya, beberapa serpihan baik itu individu atau kejadian-kejadian selama masa sepuluh tahun ini yang sempat hilang tidak akan bisa menjadi kesatuan yang utuh lagi tanpa karunia Nya. Lalu mari segera siapkan telinga Kalian para pendengar yang bijak, apa saja yang akan disuguhkan Yas, Ucay, Ubey, Papap, Athink di album ketiga ini #INTEGRITI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar