Minggu, 09 September 2012

Hellprint United Day 2011


Oleh: Rama Gustamar
Setelah mengalami fase-fase terpuruk sepanjang sejarah komunitas underground di kota Bandung pada tahun 2008-2009, kini komunitas underground sejatinya kembali ranum dan terus berkembang. Aparatur pemerintahan serta sponsor sedikit demi sedikit membuka mata seraya terus membuktikan bahwa musik yang keras bukanlah musik kriminal, melainkan musik yang bisa mendatangkan banyak keuntungan untuk semua pihak. Keuntungan bagi penggiat musik itu sendiri, event organize, penikmat musik, aparat maupun korporat.  Berbagai macam acara dari skena underground yang diselenggarakan pun dalam skala yang cukup besar. Sebut saja Bandung Berisik, Launching album Burgerkill, Bandung Deathfest 5, dan yang terakhir baru saja diselenggarakan pada hari Minggu (11/12) yaitu Hellprint United Day.
Setelah bergelut dalam dunia percetakan “underground” dalam kurun waktu 10 tahun, Hellprint yang merupakan salah satu bagian dari pendukung majunya komunitas underground di kota Bandung, mempersembahkan sebuah acara yang sangat megah dan berhasil memanjakan para pecintanya. Kami sendiri sangat terkejut melihat antusiasme penggiat komunitas underground yang datang pada gelaran Hellprint United Day pada hari Minggu lalu ternyata begitu besar. Stadion Angkasa yang sedianya dipilih untuk menjadi venue gelaran ini, terpaksa di pindahkan ke Lanud Sulaiman karena melihat tiket presale yang terjual saja hampir 10.000 lembar tiket, artinya Stadion Angkasa tidak akan cukup untuk menampung ledakan pengunjung pada saat itu. Acara ini memang layak untuk dijejali penonton sebanyak itu bila mengingat line up artis yang bukan sembarangan dan tentunya memiliki fanbase yang cukup besar. Skinhead, Punk, Hardcore, Grindcore, Metalcore, Deathmetal, dsb tersaji lengkap di gelaran ini..
Puluhan ribu penonton sudah memadati setiap sudut Lanud Sulaiman di siang itu. Gemuruh sound bertegangan tinggi menyambut kedatangan kami dari kejauhan. Kebisingan musik dari band oi Bulldog Brigade cukup membuat suasana semakin panas.  Suasana lapangan yang sangat ‘ledok’ tak menjadi masalah para pecinta musik cadas untuk headbang, dan pogo bersama. Selanjutnya penampilan menarik dari Kedjawen, band Black Metal asal Bogor yang bukan hanya menghibur lewat telinga, tapi juga lewat mata. Pasalnya band ini memakai kostum yang menunjukkan image gothic yang kental dalam diri para personilnya. Sekilas kostum yang digunakannya mengingatkan kita pada kostum para personil band Kuburan. Berikutnya Godless Symptomps. Band yang belum lama merilis album teranyarnya ini membuka penampilan dengan rekaman orasi yang menghujat kekuasaan, ketidakadilan, dan ketidakpuasannya terhadap petinggi negeri ini. Inilah salah satu wadah yang melegalkan para penggiat musik untuk menumpahkan emosi, untuk memprotes segala ketidakadilan lewat ritme lagu dan gaya vokal yang keras dan sesuai genrenya masing-masing. Much better than burning self in front of the Istana Presiden. Godless Symptoms yang membawakan sekitar 4 lagu cukup membuat penonton berlumuran tanah.
“Sudah lama kami tidak main di kandang sendiri, terima kasih atas kesempatannya. Mari kita membuat kebisingan bersama-sama, ungkap Owank Beside. Beside, band yang selalu membuka ingatan kita pada tragedi AACC 2008 silam, juga menunjukkan batang hidungnya dihadapan para penonton Hellprint United Day. Lewat nomor-nomor jagoannya seperti Aku Adalah TuhanTheEnd of Pain dan New Colony yang mampu membuat penonton menyanyi serentak. KemudianOutright, salah satu band dari divisi hardcore juga mampu membuat suasana semakin panas dan bersemangat. Lagu-lagunya yang bertemakan semangat juang tanpa menyerah, menggema di segala penjuru Lanud Sulaiman.  Sang vokalis, Hardy memaksa penonton untuk membuatcircle pit dan wall of death. Lautan manusia pun terlihat terbelah dua, dan setelah musik menghentak, para penonton langsung saling bertabrakan dan berjatuhan. Sejauh mata memandang, tak ada kerusuhan sama sekali. Mereka saling menikmati tarian mereka walaupun terlihat seperti terjadi kerusuhan.
Tidak absen juga perwakilan dari komunitas Ujung Berung Rebels seperti Bleeding Corpse,Burgerkill, Jasad dan Mesin Tempur. Semua penonton telah menanti aksi panggung mereka. Burgerkill tampil membawakan 4 lagu, salah satunya membawakan nomor dari Megadeath yaituHolywars. Khusus lagu ini, Burgerkill menggandeng Andre dari Siksa Kubur. “Belum lama ini, kita kehilangan salah satu sosok yang paling berjasa dalam scene underground Indonesia yaitu Rio Rottrevore. Mari kita bawakan lagu ini untuk dedikasi yang sebesar-besarnya kepada almarhum. Lagu ini adalah lagu favorit beliau, ujar pentolan band yang telah menginvasi Australia ini seraya mengingat almarhum Rio Rottrevore. Selain itu, Mesin Tempur juga tampil seperti biasanya dengan topeng, kostum serba hitam dan lagu-lagunya yang cukup nyeleneh cukup mengundang gelak tawa bagi penonton.
Tidak sampai disitu, band-band dari genre lainnya seperti Rosemary, Don Lego, Restless danMarjinal juga menjadi sebuah klimaks yang membuat para pecinta musik underground pulang dengan hati terpuaskan meskipun tubuhnya berlumuran tanah.
Semoga saja komunitas underground era ini tidak lagi dipusingkan dengan masalah perizinan dan pencekalan, yang tentunya diiringi oleh perilaku para penikmatnya yang semakin dewasa.
Photos by. Rama G.
 
 
 
 
 
 
4 Suara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar