Rabu, 23 September 2020

Fraud Melawan Dogma Di "SCANTUARY"


Senin 31 Agustus 2020 menjadi hari yang bersejarah bagi Fraud. Gerombolan hardcore terdepan Surabaya ini meriis album terbaru yang diberi judul Sanctuary. Ini merupakan album ketiga setelah album No Fans Just Friends (2013) dan Movement Before Mouthment (2014). Kali ini mereka bergabung dengan Blackandje Records.

Genderang album Sanctuary dibuka dengan dirilisnya video musik "The Propechy" yang sudah dirilis beberapa bulan sebelumnya yang merupakan awal dari trilogi video yang direncanakan. Rangkaian promosi album ini juga dijalani Fraud, yang kini beranggotakan Bayu Hastutama (vokal), Cscenk (gitar), Soullamb (bass) dan Rama Nada (drums), dengan menempuh perjalanan ratusan kilometer dari Surabaya ke Jakarta dan Bandung.

Berikut adalah rangkuman wawancara dengan Fraud bersama saya di berbagai program dari “Jumat Membara” di live instagram @blackandje, press con perilisan album Sanctuary di Lawless Burgerbar Kemang Jakarta Selatan, “Deeperground” untuk kanal YouTube Blackandje dan program “Rock On Monday” di demajors radio.

Berselang 5 tahun akhirnya Fraud merilis album baru. Di album–album sebelumnya yang sangat masih kental dengan tema tipikal di kultur hardcore seperti pertemanan atau brotherhood, kemudian di album Sanctuary yang keliatannya mengambil tema lebih berat dan gelap. Apa yang ingin kalian sampaikan di album Sanctuary?

Melalui album Sanctuary kami ingin melawan dogma dan doktrin yang selama ini mengekang kehidupan kami. Secara individu atau dalam kehidupan sosial termasuk juga dalam skena hardcore sekalipun. Dogma–dogma selalu ada. Bagi kami Sanctuary adalah dunia atau suaka yang kami ciptakan untuk berlindung dari dogma dan doktrin tersebut sehingga bisa menemukan kebenarannya masing–masing.

Apa perbedaan album Sanctuary dengan album–album sebelumnya secara sound dan musikalitas?

Secara sound sebenarnya tidak jauh berbeda meski kami terus mengeksplornya tapi perubahannya tidak begitu besar. Kalau secara komposisi lagu dan aransemen sekarang lebih luas lagi eksperimennya. Seperti memasukkan unsur metal terutama thrash metal sehingga mungkin terdengar lebih heavy dibanding album sebelumnya. Tapi unsur hardcore dengan beat down-nya masih tetap kami pertahankan karena itu menjadi ciri khas Fraud. Seperti Bayu yang memberi nada dalam teriakannya di lagu "The Prophecy". Masuknya Rama sebagai drummer baru juga tidak merubah banyak musik kami karena sebelumnya sudah bersama kami baik sebagai teknisi drum ataupun additional drummer, dan sekarang menjadi personil. Jadi tidak dibutuhkan proses adaptasi yang lama. Rama sudah paham musik Fraud seperti bagaimana. Meski Rama juga pasti memberi sentuhan dengan karakter permainannya. Bahkan dengan ekspolarasi tadi malah semakin memperkaya musik Fraud itu sendiri. Inilah musik Fraud yang sekarang. Inilah hardcore-nya Fraud.

Perubahan tersebut pasti menuai beberapa tanggapan beragam ya?

Ya pasti. Tapi sejauh ini tanggapannya masih positif. Banyak yang berkomentar “Wah tambah sangar rek!”

Bagaimana dengan proses kreatif pengarapan lagu untuk album Sanctuary?

Nah, kalau ini kami mengarapnya dengan cara yang berbeda. Untuk album–album sebelumnya kami lebih banyak banyak di studio. Tapi untuk Sanctuary, Kecenk dan Soullamb mengerjakan dan mengumpulkan riff dan part gitar dulu kemudian direkam terus kami merangkainya atau menjahitnya. Setelah itu baru jamming di studio dengan Bayu dan Rama untuk memasukkan part drum dan vokalnya. Ini ternyata lebih efektif dan efisien. Bahkan kami bisa melakukannya di sela–sela jadwal tur di luar kota juga.

Proses rekaman memakan waktu hampir setahun dan tercantum nama Eben dari Burgerkill di album Sanctuary sebagai music director. Bisa diceritakan?

Untuk proses rekaman di lakukan dua studio yang berbeda yaitu Fun House di Bandung untuk gitar dan bass dan Inferno Surabaya untuk drum dan vokal. Ini sebenarnya hanya untuk mencari suasana baru juga. Rekaman di Bandung itu sekalian saat kami ada jadwal manggung di sana juga saran dari Eben. Sementara dengan Eben, kami sudah berteman lama. Kami banyak sharing saat pengerjaan materi lagu. Banyak masukan dari dia yang membuat album Sanctuary. Dengan adanya orang lain diluar band itu juga bisa memberi masukan yang obyektif dan kami di Fraud juga bisa meredam ego masing–masing.

Artwork album Sanctuary sangat keren dan keliatan berbeda dari kebanyakan band hardcore. Siapa yang bikin?


Artwork itu dikerjakan oleh kawan kami seorang arsitek sekaligus seniman bernama Redi Murti yang sering menjadikan konflik horizontal dan narasi marjinal dalam karyanya. Namanya seniman jadi proses penggarapannya ya sesuai suasana hatinya. Dan dia hanya minta dibayar dengan minum sampai mabuk saja..hahaha. Tapi akhirnya Blackandje Records tetap membayar ke dia.

Kalian juga merencanakan merilis video musik dengan konsep trilogi. Bisa dijelaskan maksudnya?

Ya, ide ini karena kegemaran Kecenk dan Soullamb menonton film thriller. Dari dulu kami ingin membuat video klip dengan konsep sepeti film thriller tapi baru kesampaian sekarang. Trilogi ini dimaksudkan bahwa video klip akan terdiri dari 3 bagian yang saling berkaitan. Semacam film seri lah. Video pertama “The Prophecy” sudah dirilis 18 Mei 2020 kemarin di channel YouTube Blackandje Records. Kami bekerjasama dengan Alexa Visual untuk pembuatannya. Bagi kami ini adalah tantangan baru. Selain bereksplorasi dari sisi musikalitas kami mencoba dengan video. Agar pesan yang ingin disampaikan bisa lebih luas juga. Video lirik “This World is Cursing Me” juga sudah dirilis bertepatan dengan perilisan Album Sanctuary kemarin. Dan kami sudah menyiapkan video klip bagian kedua dari trilogi Sanctuary ini, rencananya di akhir tahun akan dirilis. Untuk lagu apa yang dibikin video klip tunggu saja nanti.

Kemudian bergabung dengan Blackandje Records, itu bagaimana ceritanya?

Awalnya kami bertemu di tahun 2018. Tepatnya di sebuah bar di bilangan Menteng Jakarta setelah "Final Wacken Metal Battle Indonesia". Saat itu Kecenk bersama kawan-kawan dari down for life bertemu dengan Blackandje Records, setelah dari pertemuan ini lkami berkomunikasi cukup intens sampai akhirnya disepakati album Sanctuary ini dirilis oleh Blackandje Records. Bagi kami sebuah hal baru bekerjasama dengan label secara profesional. Karena sebelumnya bisa dikatakan kami mengerjakannya sendiri, sekarang ada label yang sangat membantu.

Apa rencana kalian setelah merilis album Sanctuary? Apalagi di tengah pandemi begini bagaimana cara mempromosikannya?


Sebenarnya kami sudah merencanakan rangkaian tur untuk album ini. Bahkan kami merencanakan tur ke luar negeri juga tapi ya mau bagaimana lagi keadaan seperti ini. Merilis album di tengah pandemi adalah pilihan terbaik menurut kami karena kalau pun ditunda juga akan sampai kapan? Kita gak tau sampai kapan pandemi ini selesai. Jadi kami memaksimalkan promosi yang bisa dilakukan seperti dengan perilisan video klip dan beberapa program streaming seperti di "Dark Tones Alliance", "Jumat Membara", "Extreme Moshpit" dan lain – lainnya.

Terakhir apa harapan kalian dari album Sanctuary ini?

Kami ingin apa yang ingin sampaikan di album ini bisa dimengerti dan dipahami dengan cara masing–masing. Dan albumnya tentu dapat dinikmati oleh semua orang.  Dapatkan album Sanctuary dalam format cd dan kaset di www.blackandje.com atau rockshop/distro di kota kalian. (sa)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar