Kamis, 02 Januari 2014

KISAH LAGU BLANK PROUDNESS YANG DIPOTONG DARI BUKU SCUMBAG.

Lirik “Blank Proudness” mungkin adalah lirik lagu Burgerkill yang terpanjang. Ketika Kimung menyodorkan lirik itu ke Ivan dengan terbelalak ia meradang, “Balég anjir! Lirik téh panjang-panjang teuing?! Ieu téh lirik atawa cerpén? Teu kira-kira sia mah Nyét! Atuh urang hésé nyanyina euy! ”[1] Ketika menulis lirik ”Blank Proudness” Kimung sudah menyesuaikan dengan ketukan dan pola musik yang dirancang oleh Eben. Ia memperhitungkan kalau Ivan mampu bernyanyi cepat dan mengejar pola-pola penulisan lirik panjang dengan gaya bercerita seperti band-band yang sering mereka dengar, seperti Sick of It All, Rage Against the Machine, Pantera, dan Counting Crows. Dengan pengaruh band-band itu, Kimung mengharapkan Ivan untuk mencoba bernyanyi dengan pelafalan kalimat yang cepat dan jelas dalam lirik yang panjang. Namun, ternyata pola menyanyi yang Kimung harapkan, tak bisa dicapai oleh Ivan. Ia yang terbiasa dengan pelafalan vokal yang irit lirik dengan teriakan panjang yang ia alunkan, merasa kesulitan mengejar pola lirik “Blank Proudness”. Maka duet maut itu berkumpul di rumah tinggal Ivan di Kaum Kidul sebelum melatihkan “Blank Proudness”. Saat itu, Ivan benar-benar menunjukkan kualitasnya sebagai seorang komposer yang piawai mengotak-atik sebuah komposisi lagu terutama susunan lirik. Ia tahu mana kata-kata yang provokatif dan harus dinyanyikan dengan jelas lantang hingga mampu mempengaruhi penonton. Ia juga tahu kapan sepenggal lirik mesti digumamkan atau digrowl atau diteriakkan dengan garang, lantang, dan jelas. Ivan juga sangat menguasai pola lagu sehingga ia benar-benar paham bagian mana vokalnya harus menghentak dan menghajar pendengarnya. Alhasil, setelah dirobak di sana-sini, ditambahkan, ditambal sulam, lirik Blank Proudness tetaplah panjang. Namun, semua bahagia. Ivan puas dengan caranya menyanyikan “Blank Proudness” dan komposisi yang ia rancang, sementara Kimung senang idenya tersampaikan lebih baik lagi. “Blank Proudness” diawali oleh petikan gitar Eben. Nuansanya sangat muram. Tajam, namun hampa dan melayang. Petikan gitarnya mirip lagu Pearl Jam. Bukan cuma musik intro yang sepertinya terinspirasi Pearl Jam, lirik pun demikian. Ivan dan Kimug—juga kebanyakan musisi Ujungberung saat itu termasuk juga personil Burgerkill—saat itu memang lagi terbius Pearl Jam. Lagu-lagu Pearl Jam mereka dengar di kala telinga perlu rehat setelah pengang mendengarkan grindcore atau death metal atau hardcore atau punk rock seharian. Seiring petikan gitar, drum masuk perlahan. Ivan mengisi bagian ini dengan sebuah gumaman yang puitis, Let the ocean dissolves away my past Let the sun burns away my future Let the god take away my soul Let me be on my own Let me piss myself off this life Let the people judge my life Let me die Inside I lost Everything.... Suasana kemudian hening. Hening yang menggelisahkan. Tiba-tiba atmosfer disentak oleh gelombang pukulan-pukulan drum Toto yang agresif dan provokatif. Dalam setiap panggung, repertoar drum ini selalu berhasil memprovokasi penonton untuk turun ke tengah arena dan berpogo seliar-liarnya. Solo drum diikuti serentak oleh raungan gitar dan dentuman bas. Setelah beberapa bar, repertoar ini berhenti. Menyisakan atmosfer yang mulai memanas. Jeda ini diisi sepenggal kalimat yang digumamkan Ivan, "...sometime to realize that you're well someone must come along and fuckin' hurt you!" Drum masuk bergulung-gulung provokatif, sementara musik kembali menghentak. Ivan mengisi bagian ini dengan lirik-lirik ekstrover dan impulsif, I learn my lesson well all from you to be confident to the way i chose After all these years of dumped and hatred now i'm becoming with no regret All lesson learnt in life never have to feel sorry I love you once and i'll leave you alone in the end Musik berheti sesaat lalu kembali menghentak. Liar, cepat, penuh tenaga. Ivan kembali menggeram garang, I arm myself and i extend my whole lifes Try to remember what the fuck i live for This great escape to light my sense of thought And now i've made all the answers of my question Musik kembali berhenti. Kompisisi, “Blank Proudness” benar-benar mengaduk-aduk emosi. Dalam hal ini, kepiawaian Eben dalam membangun komposisi sebuah lagu teruji sudah. Dengan sangat apik, tiba-tiba ia merubah drastis atmosfer lagu yang liar penuh kemarahan, gusar, dan gamang menjadi lambat, penuh, mantap, namun muram. Sangat muram. Ivan lalu menggumam. Muram, Listen to me..... I’m not kinda human who doesn't know to say thanks But if these all you want here's my graduation and Bon't ever blame me with all these crack words Look into yourself, these are what you want Musik kembali ke bagian refrain. Menghentak dengan keras dan cepat. Aroma oldschool tercium pekat di sana dibalut sound newschool yang menegaskan Burgerkill sebagai generasi baru hardcore oldschool. Ivan semakin meliar. We try to dive our own mind You just nothing but the one who dumped me out Now, i'm becoming with no regret......... Musik menghentak dengan cepat namun konstan. Repertoar terakhir sedang menuju klmaks. Klimaks benar-benar terjadi saat Ivan menutup Blank Proudness dengan teriakkan, No regret! [1] “Yang bener dong! Liriknya panjang-panjang amat!? Ni lirik apa cerpen? Ga kira-kira kamu, Nyet! Susah dong saya nyanyinya!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar