Selasa, 08 Januari 2013

Rajasinga Batalkan Sisa Rangkaian Tur Sirkus Neraka “Melibas Andalas 2012″

Rajasinga (Foto: Asywal Badri) Insiden. Itulah yang terjadi saat unit grindcore, Rajasinga, menjalani tur beberapa kota untuk belahan pulau Sumatera, bernama Sirkus Neraka “Melibas Andalas 2012″. Insiden itu, terjadi saat mereka berkeliling bersajian dengan musiknya di kota Padang. Insiden itu, terjadi pada tanggal 19 September 2012. Insiden itu, terjadi di kota ketiga yang pada awalnya menjadi persinggahan kelima, namun terjadi pembatalan di Banda Aceh dan Lhokseumawe tanggal 14 dan 15 September 2012. Secepat kilat insiden itu segera dijelaskan dan diluruskan oleh Revan yang mengisi dram untuk Rajasinga. Dari rilisan catatan “Klarifikasi Dan Kronologis Kejadian Di Padang, 19 Sep 2012 (Sirkus Neraka Tour Melibas Andalas)” yang dirilis dalam laman facebook Rajasinga, Revan menuliskan, “Ada kesalahpahaman yang terjadi antara kami dan segerombolan orang yang mengaku street punk kota Padang.Pada saat Rajasinga perform di acara, Indra Morrg (Bassist/Vocalist) sempat berucap “Padang, anjing kalian keren sekali…” Perkataan yang ekspresif ini, dianggarp isu rasis oleh oknum street punk tadi. ” Revan melanjutkan, “ Mereka menganggap kami berucap Padang=Anjing. Setelah lagu terakhir kami mainkan, salah seorang dari mereka mulai menyerang kami (Rajasinga), dan sempat terjadi dorong-dorongan.” Refleks merangsang, Revan langsung menarik Morrg dan Biman (gitar/vokal) untuk berlindung di belakang panggung. Alih-alih ingin menyelamatkan diri, mereka telah dikepung di belakang panggung saat mencoba kabur melalui pintu belakang. Saat itu Rajasinga bersama Badrun (fotographer), beberapa teman, dan dua orang panitia. “Tapi sial, saya dan Morrg tidak berhasil lolos” tulis Revan. Revan dan Morrg terpojok. Mereka diserang. Dilempari beruntun dengan piring, gelas, dan botol berbahan kaca. Revan melanjutkan tulisannya,“Salah satu dari orang menyerang kami, terluka di alis sebelah kiri karena terkena pantulan pecahan kaca yang dilempar temannya sendiri dan terjatuh dengan kepala luka berdarah”. Etikat baik mereka yang meminta pertolongan untuk korban salah lempar hingga berhasil membawa korban keluar ternyata dibaca sebagai ulah perbuatan Revan dan Morrg oleh sebagian gerombolan yang masih berada diluar lokasi (belakang panggung). Tak ada lagi sikap persuasif, layaknya peribahasa dimana ada gula disitu ada semut. Gerombolan itu menyerbu masuk dan melempari dengan benda-benda kaca, kursi, balok, batu bata, atau apapun yang gerombolan itu temukan. Bawah kursi, itulah yang menamengi Revan dan Morrg dari serangan pukulan dan lemparan. Tameng itu tak berarti apa-apa. Revan dan Morrg dibawa keluar lalu bergantian mendapatkan bogem mentah. Insiden itu perlahan menunjukkan perangainya saat di belakang tempat pertunjukan merupakan asrama tentara. Mereka diselamatkan oleh seorang perwira yang melihat mereka dipukuli. Revan dan Morrg diamankan sampai salah satu panitia menjemput mereka dan membawa klinik untuk dirawat. “Saya menderita luka dalam di lutut kanan dengan lima jahitan, memar disekujur tubuh, dan luka gores dilengan dan kaki akibat pecahan kaca yang dilemparkan ke kami. Indra Morrg mengalami hal yang lebih kurang sama dengan saya, dengan tambahan dua jahitan di kepala depan, jari kelingking kiri patah, dan siku lengan kiri terdislokasi.” jelas Revan mengenai kondisinya. Dengan kondisi yang sudah dijelaskan diatas, Revan membeberkan “Dengan berat hati, dan kondisi fisik yang tidak memungkinkan, saya mewakili Rajasinga terpaksa harus membatalkan sisa rangkaian Tour Sirkus Neraka “Melibas Andalas 2012” di Pekanbaru, Jambi, Bengkulu, Palembang, dan Bandar Lampung. Sampai saat menulis berita ini, Jeruji masih berdiskusi mempertimbangkan untuk tetap meneruskan tour ini atau tidak, mengingat shock dan trauma yang kami alami. Mohon maaf kepada teman-teman panitia yang sudah mencurahkan seluruh usaha untuk mendukung Tour ini. Kami sangat menghargai segala effort yang sudah kalian lakukan.” Revan yang merupakan produk asli Minang ini mengaku prihatin dengan insiden tersebut. Dia menempatkan jalinan silaturahmi namun mendapatkan kemalangan. “Keji” dia telah mendpatkan makna kata itu. Revan mengaku lengah tidak memperhitungkan oknum-oknum yang ternyata kurang menyukai Rajasinga. “Kami bukan petarung, kami tidak suka buat onar, kami suka senang, bukan rusuh… kami cuma mau main MUSIK… Apakah begitu susahnya Rajasinga diterima oleh oknum yang menyerang kami?!” tegasnya. Dia juga memberikan informasi bawah gerombolan street punk yang menyerang mereka itu–dari awal acara mulai–memang sudah bertindak anarkis. Mulai dari menjebol tiket, menakuti penonton lain, dan memaksa untuk ikut main di acara tersebut. “Sedari awal kami mulai menaiki panggung, kami diteriaki “artis” “komersil” beberapa kali. Sampai akhirnya, ucapan ekspresi dari mulut Morrg menjadi pemicu yang tidak masuk akal.” Orasinya kemudian mempertanyakan tentang skena musik yang telah dibangun selama ini, mengenai tindakan premanisme yang terjadi dalam lingkungan musik. “Apakah akan ada korban-korban berjatuhan dari saudara kita berikutnya? Apakah benar kita semua “bersaudara”?” tanyanya. Saat ini mereka sudah dalam posisi aman dan pembuat masalah sedang dilacak oleh teman-teman komunitas di kota Padang. Menurut Revan, itu tugas penting buat mereka. Dan mereka siap bertanggung jawab. “Bandung, kami pulang…” bubuh Revan di akhir tulisannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar