Sabtu, 02 Januari 2021
‘Silalatu’ : Bunga Api dan Fragmen Multi Dimensi Dari Forgotten
‘Silalatu’ merupakan sebutan untuk bunga api yang beterbangan tatkala jilatan api membesar. Hal tersebut kemudian Forgotten jadikan sebagai simbol narasi utama, lanjutan dari album Kaliyuga, yang mereka rilis dua tahun lalu
Forgotten, salah satu pionir band death metal asal Ujung berung, yang terbentuk pada tahun 1994 lalu ini menjalani 26 tahun perjalannya dengan beberapa buah album dan single berbahaya yang patut disimak. Band yang tumbuh dengan kontroversi serta isian lirik yang bernas dengan ramuan musik death metal ini sejak awal kemunculannya langsung dikenal sebagai band yang menyuarakan hal-hal yang tidak familiar untuk diaminkan banyak orang, yang juga mampu menyulut kontroversi dibanyak kalangan. Tema seputar politik, sosial, ekonomi, hingga yang berkolerasi dengan prinsip pribadi menjadi fokus yang mereka angkat.
Forgotten menjadi band yang paling diperhitungkan, ketika band ini mampu meramu lirik yang terbilang frontal ke dalam isian lagu-lagunya. Lagu-lagu semisal “Tuhan Telah Mati”, atau “Selangkangan Agama”, secara estetika dan isiannya, menjadi lagu dengan hujan kritik yang berani, karena banyak bermain diranah sensitif, perihal hal-hal dogmatis, yang berkembang di masyarakat Indonesia pada umumnya. Bahkan ketika mereka bicara cinta pun, mereka punya sudut pandang yang berbeda lewat padanan lirik “nyatakan cinta dengan lemparan batu”, di lagu mereka yang berjudul “Aku Jatuh Cinta”.
Melanjutkan epsiode perjalanan bermusiknya, Forgotten kembali menawarkan karya cipta terbarunya, yang kali ini semua nyala kreasinya bermuara di album berjudul Silalatu. Dilansir dari rilisan pers yang DCDC terima, nama Silalatu merupakan sebutan untuk bunga api yang beterbangan tatkala jilatan api membesar. Hal tersebut kemudian mereka jadikan sebagai simbol narasi utama sebagai lanjutan dari album Kaliyuga, yang mereka rilis dua tahun lalu.
Lebih jauh tentang albumnya, diakui pula oleh mereka jika Silalatu merupakan potret dari konflik yang lahir dari krisis multi dimensi yang hari ini hadapi. Mereka membuka album dengan alunan seruling sunda yang mewakili kondisi kehidupan selaras manusia dengan alam, dan tiba-tiba runtuh oleh gemuruh riff mencekam, deru ritme drum dan gedoran bass dan teriakan reportase tentang penjarahan, perampasan ruang hidup, korosi total, fabrikasi ‘kebenaran’, tentang negara sebagai alat destruksi. Tentang sunyi yang dibaliknya tersembunyi rencana-rencana jahat untuk merubah tatanan keselarasan antara manusia dan alam sekitarnya.
Berisikan 7 lagu, album Silalatu merupakan kesatuan fragmen dari pembabakan panjang cerita tentang awal proses penghancuran dan upaya-upaya yang kerap hadir menolaknya. Ditulis sebelum pengesahan Omnibus Law dan gelombang aksi protes yang menyertainya akhir-akhir ini, Silalatu merupakan salah satu album lokal yang merepresentasikan kondisi terkini dari proses itu.
Dengan kemegahan yang mencekam, riff old-school, agresi dan kecepatan tanpa kompromi, Silalatu adalah Death Metal yang kita kenal dari Forgotten. Dengan pengaruh kental dari death metal Florida semacam Malevolent Creation dan Death, para eksponen NY seperti Cannibal Corpse dan Suffocation hingga melodi bandband death metal Swedia seperti At The Gates dan Dismember. Info lebih lanjut tentang album terbaru Forgotten ini, bisa disimak melalui akun instagram @grimlocrecords
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar