Selasa, 15 Desember 2020
Review EP Burgerkill Killchestra: Metalcore + Orkestra = ‘Killchestra’
Senin, 14 Desember 2020
NECTURA//ALBUM ''NARASI PENANTANG DARI LANSKAP YANG DI TINGGALKAN''
Rabu, 23 September 2020
Review Hellcrust "SEJAWAT"
Fraud Melawan Dogma Di "SCANTUARY"
Senin 31 Agustus 2020 menjadi hari yang bersejarah bagi Fraud. Gerombolan hardcore terdepan Surabaya ini meriis album terbaru yang diberi judul Sanctuary. Ini merupakan album ketiga setelah album No Fans Just Friends (2013) dan Movement Before Mouthment (2014). Kali ini mereka bergabung dengan Blackandje Records.
Genderang album Sanctuary dibuka dengan dirilisnya video musik "The Propechy" yang sudah dirilis beberapa bulan sebelumnya yang merupakan awal dari trilogi video yang direncanakan. Rangkaian promosi album ini juga dijalani Fraud, yang kini beranggotakan Bayu Hastutama (vokal), Cscenk (gitar), Soullamb (bass) dan Rama Nada (drums), dengan menempuh perjalanan ratusan kilometer dari Surabaya ke Jakarta dan Bandung.
Berikut adalah rangkuman wawancara dengan Fraud bersama saya di berbagai program dari “Jumat Membara” di live instagram @blackandje, press con perilisan album Sanctuary di Lawless Burgerbar Kemang Jakarta Selatan, “Deeperground” untuk kanal YouTube Blackandje dan program “Rock On Monday” di demajors radio.
Berselang 5 tahun akhirnya Fraud merilis album baru. Di album–album sebelumnya yang sangat masih kental dengan tema tipikal di kultur hardcore seperti pertemanan atau brotherhood, kemudian di album Sanctuary yang keliatannya mengambil tema lebih berat dan gelap. Apa yang ingin kalian sampaikan di album Sanctuary?
Melalui album Sanctuary kami ingin melawan dogma dan doktrin yang selama ini mengekang kehidupan kami. Secara individu atau dalam kehidupan sosial termasuk juga dalam skena hardcore sekalipun. Dogma–dogma selalu ada. Bagi kami Sanctuary adalah dunia atau suaka yang kami ciptakan untuk berlindung dari dogma dan doktrin tersebut sehingga bisa menemukan kebenarannya masing–masing.
Apa perbedaan album Sanctuary dengan album–album sebelumnya secara sound dan musikalitas?
Secara sound sebenarnya tidak jauh berbeda meski kami terus mengeksplornya tapi perubahannya tidak begitu besar. Kalau secara komposisi lagu dan aransemen sekarang lebih luas lagi eksperimennya. Seperti memasukkan unsur metal terutama thrash metal sehingga mungkin terdengar lebih heavy dibanding album sebelumnya. Tapi unsur hardcore dengan beat down-nya masih tetap kami pertahankan karena itu menjadi ciri khas Fraud. Seperti Bayu yang memberi nada dalam teriakannya di lagu "The Prophecy". Masuknya Rama sebagai drummer baru juga tidak merubah banyak musik kami karena sebelumnya sudah bersama kami baik sebagai teknisi drum ataupun additional drummer, dan sekarang menjadi personil. Jadi tidak dibutuhkan proses adaptasi yang lama. Rama sudah paham musik Fraud seperti bagaimana. Meski Rama juga pasti memberi sentuhan dengan karakter permainannya. Bahkan dengan ekspolarasi tadi malah semakin memperkaya musik Fraud itu sendiri. Inilah musik Fraud yang sekarang. Inilah hardcore-nya Fraud.
Perubahan tersebut pasti menuai beberapa tanggapan beragam ya?
Ya pasti. Tapi sejauh ini tanggapannya masih positif. Banyak yang berkomentar “Wah tambah sangar rek!”
Bagaimana dengan proses kreatif pengarapan lagu untuk album Sanctuary?
Nah, kalau ini kami mengarapnya dengan cara yang berbeda. Untuk album–album sebelumnya kami lebih banyak banyak di studio. Tapi untuk Sanctuary, Kecenk dan Soullamb mengerjakan dan mengumpulkan riff dan part gitar dulu kemudian direkam terus kami merangkainya atau menjahitnya. Setelah itu baru jamming di studio dengan Bayu dan Rama untuk memasukkan part drum dan vokalnya. Ini ternyata lebih efektif dan efisien. Bahkan kami bisa melakukannya di sela–sela jadwal tur di luar kota juga.
Proses rekaman memakan waktu hampir setahun dan tercantum nama Eben dari Burgerkill di album Sanctuary sebagai music director. Bisa diceritakan?
Untuk proses rekaman di lakukan dua studio yang berbeda yaitu Fun House di Bandung untuk gitar dan bass dan Inferno Surabaya untuk drum dan vokal. Ini sebenarnya hanya untuk mencari suasana baru juga. Rekaman di Bandung itu sekalian saat kami ada jadwal manggung di sana juga saran dari Eben. Sementara dengan Eben, kami sudah berteman lama. Kami banyak sharing saat pengerjaan materi lagu. Banyak masukan dari dia yang membuat album Sanctuary. Dengan adanya orang lain diluar band itu juga bisa memberi masukan yang obyektif dan kami di Fraud juga bisa meredam ego masing–masing.
Artwork album Sanctuary sangat keren dan keliatan berbeda dari kebanyakan band hardcore. Siapa yang bikin?
Artwork itu dikerjakan oleh kawan kami seorang arsitek sekaligus seniman bernama Redi Murti yang sering menjadikan konflik horizontal dan narasi marjinal dalam karyanya. Namanya seniman jadi proses penggarapannya ya sesuai suasana hatinya. Dan dia hanya minta dibayar dengan minum sampai mabuk saja..hahaha. Tapi akhirnya Blackandje Records tetap membayar ke dia.
Kalian juga merencanakan merilis video musik dengan konsep trilogi. Bisa dijelaskan maksudnya?
Ya, ide ini karena kegemaran Kecenk dan Soullamb menonton film thriller. Dari dulu kami ingin membuat video klip dengan konsep sepeti film thriller tapi baru kesampaian sekarang. Trilogi ini dimaksudkan bahwa video klip akan terdiri dari 3 bagian yang saling berkaitan. Semacam film seri lah. Video pertama “The Prophecy” sudah dirilis 18 Mei 2020 kemarin di channel YouTube Blackandje Records. Kami bekerjasama dengan Alexa Visual untuk pembuatannya. Bagi kami ini adalah tantangan baru. Selain bereksplorasi dari sisi musikalitas kami mencoba dengan video. Agar pesan yang ingin disampaikan bisa lebih luas juga. Video lirik “This World is Cursing Me” juga sudah dirilis bertepatan dengan perilisan Album Sanctuary kemarin. Dan kami sudah menyiapkan video klip bagian kedua dari trilogi Sanctuary ini, rencananya di akhir tahun akan dirilis. Untuk lagu apa yang dibikin video klip tunggu saja nanti.
Kemudian bergabung dengan Blackandje Records, itu bagaimana ceritanya?
Awalnya kami bertemu di tahun 2018. Tepatnya di sebuah bar di bilangan Menteng Jakarta setelah "Final Wacken Metal Battle Indonesia". Saat itu Kecenk bersama kawan-kawan dari down for life bertemu dengan Blackandje Records, setelah dari pertemuan ini lkami berkomunikasi cukup intens sampai akhirnya disepakati album Sanctuary ini dirilis oleh Blackandje Records. Bagi kami sebuah hal baru bekerjasama dengan label secara profesional. Karena sebelumnya bisa dikatakan kami mengerjakannya sendiri, sekarang ada label yang sangat membantu.
Apa rencana kalian setelah merilis album Sanctuary? Apalagi di tengah pandemi begini bagaimana cara mempromosikannya?
Sebenarnya kami sudah merencanakan rangkaian tur untuk album ini. Bahkan kami merencanakan tur ke luar negeri juga tapi ya mau bagaimana lagi keadaan seperti ini. Merilis album di tengah pandemi adalah pilihan terbaik menurut kami karena kalau pun ditunda juga akan sampai kapan? Kita gak tau sampai kapan pandemi ini selesai. Jadi kami memaksimalkan promosi yang bisa dilakukan seperti dengan perilisan video klip dan beberapa program streaming seperti di "Dark Tones Alliance", "Jumat Membara", "Extreme Moshpit" dan lain – lainnya.
Terakhir apa harapan kalian dari album Sanctuary ini?
Kami ingin apa yang ingin sampaikan di album ini bisa dimengerti dan dipahami dengan cara masing–masing. Dan albumnya tentu dapat dinikmati oleh semua orang. Dapatkan album Sanctuary dalam format cd dan kaset di www.blackandje.com atau rockshop/distro di kota kalian. (sa)
Senin, 10 Agustus 2020
Cerita Death Vomit soal Album Baru Dominion Over Creation
Album dari band yang beranggotakan Sofyan Hadi (gitar/vokal), Oki Haribowo (bass), dan Roy Agus (drum) itu menyuguhkan warna baru, khususnya dalam pengerjaan tata suara dan lirik.
“Kami mencoba untuk lebih fokus lagi dalam pengerjaan soal sound dan tata ucap lirik," kata Sofyan dalam keterangan pers.
Makanya, pengerjaan Dominion Over Creation memakan waktu yang enggak sebentar, yakni sejak Juli-Desember 2019. Mereka mengaku pengin memberikan yang terbaik bagi penggemar musik metal di Indonesia.
“Album studio ke-4 ini dirilis oleh label Demented Mind Record yang merupakan milik Death Vomit itu sendiri. Di album ini kami juga didukung penuh oleh Sinergi Live dari Yogyakarta,” ujar Oki.
Rencana Death Vomit rayakan perjalanan seperempat abad
Selain album baru, Death Vomit sempat berencana menggelar konser ulang tahun ke-25 untuk merayakan perjalanan panjangnya. Namun, pandemi COVID-19 membuat mereka harus menundanya.
Walau belum bisa menyaksikan aksi panggungnya, kamu dapat mengobati kangen dengan membeli Dominion Over Creation yang dibanderol Rp 50 ribu di laman resmi grup musik Death Vomit.
Waktu Perilisan ‘Perayaan Patah Hati’ dari For Revenge X Wira Nagara Semakin Dekat, Segera Siapkan Tisu Kalian!
Sejak beberapa minggu yang lalu, lini masa dari Instagram For Revenge dipenuhi oleh rangkaian teaser dari proyek/single terbarunya yang akan berkolaborasi dengan seorang komika dan penulis, Wira Nagara, yang diberi judul ‘Perayaan Patah Hati‘.
Pada Kamis (6/8) kemarin, For Revenge akhirnya membocorkan sedikit cuplikan dari video klip serta musik dari ‘Perayaan Patah Hati’ Hal tersebut tentunya mendapat respon positif dari para For Revenge Family (fans For Revenge-red) maupun fans dari Wira Nagara yang tentunya tidak sabar menantikan hasil dari kolaborasi lintas profesi tersebut.
Berbicara mengenai kolaborasi tersebut, Boniex Noer, vokalis dari For Revenge bercerita bahwa dia mengagumi karya-karya Wira dan merasa bahwa terdapat sebuah benang merah antara karya dari Wira dan For Revenge. Pada akhirnya Boniex mencoba mengajak Wira berkolaborasi, dan ternyata Wira langsung menyetujuinya.
“Saya adalah pengagum karya-karya Wira. Tiap kata yang dia gunakan terlalu ’emo’ untuk disebut sebagai ‘puisi senja’. Rasanya, ada benang merah antara karya Wira dan For Revenge saat ini, bahwa kami harus merayakan patah hati bersama,” ujar sang frontman melalui siaran pers.
“Malam-malam diajakin Boniex, karena nganggur sih, yaudah garap aja. Kebetulan juga memang ingin mencoba masuk ke ranah baru,” sambung Wira.
Minggu, 09 Agustus 2020
Mengenang 20 Tahun Album "DUA SISI" Burgerkill Inilah Keseruan Di Balik Penggarapan nya
Tahun ini,adalah tepat dua
dekade perilisan album debut Burgerkill,"Dua Sisi" pertama kali
pertama kali di perdengarkan ke publik metal saat itu lewat rilisan
"Riotic Records" yang berformat kaset.
Hanya di produksi 2000 keping dan akhirnya ludes dalam waktu 3 bulan saja.Lima tahun setelahnya,"Dua Sisi" lantas di rilis ulang oleh Sony Music Entertainment Indonesia dalam format cakram padat (CD).
"Dua Sisi" sendiri di rakit dari beberapa
single yang telah di lepas burgerkill saat masih "balita".Di mulai pada 1997-atau dua tahun setelah terbentuk - ketika band yang era itu masih di perkuat formasi True "Eben" megabenz (gitar),Iman Rahman Aggawiria Kusumah a.k.a Kimung (bass),Toto Supriatin (Drum) dan mendiang ivan 'Scumbag' Firmansyah (Vokal) mendapat tawaran terlibat di album kompilasi "masaindah bangetsekalipisan" yang diinisiasi musisi senior bandung richard mutter (Pas Band).
Di kompilasi yang juga melibatkan band-band keras terbaik bandung saat itu,seperti Puppen,Full Of Hate dan Cherry Bombs Hell,Burgerkill menyodorkan single "Revolt!".
Single berikutnya,"Offered Sucks" dan "My Self" juga terabadikan lewat sebuah album kompilasi berjudul "Breathless" yang di lepas pada akhir 1997.Lalu menyusul tahun berikutnya,Burgerkill melahirkan single baru bertajuk "Blank Proudness" yang menjadi salah satu amunisi di kompilasi "Independent Rebel".nah,deretan single itulah-kecuali "Offered Sucks"-yang akhirnya menjadi peluru album "Dua Sisi" versi Riotic Records,bersama lagu lain nya seperti "Heal The Pain","Let's Fight","M.T.P.M","Hancur","Rendah","Homeless Crew","Everything Sux"!,dan "Guilty Of Being White",sebuah komposisi cover milik unit hardcore punk senior asal AS,Minor Threat
Namun ketika versi reissue di terbitkan Sony Music tahun 2005,"Guilty Of Being White",terpaksa harus di hilangkan karena terbentur izin,di mana pihak Minor Threat memang sejak awal hanya mengizinkan lagunya di pakai dalam koridor rilisan indie atau independen.Sebagai gantinya,Burgerkill pun memasukan lagu "Everlasting Hope Never Ending Pain" yang sebelumnya termusat dalam album kompilasi "Ticket To Ride" (2000).
Mundur ke 1998,sebenarnya untuk prises rekaman "Dua Sisi" yang di eksekusi di studio 40.1.24 (sekarang studio Rebuilt)
milik richard mutter sudah rampung.
Namun sebagai band baru yang masih terhadang mengumpulkan pundi dana,perilisan album itu pun harus tertunda.Hingga akhirnya datang tawaran kerja sama dari Riotic Records,label independen milik dadan ketu,manajer burgerkill saat ini.perilisan "Dua Sisi" pun tetwujudkan pada juni 2000,setelah sebelumnya mengulang proses rekaman beberapa single yang berasal dari proyek kompilasi.
Sayangnya,lagu "Offered Suks" urung di ikutkan karena mereka telah membelanjakan isi kantong sekitar Rp.6 juta untuk penggunaan studio rekaman dan membeli sekitar 10 kaset DAT (Data Audio Tape)untuk penyimpanan audio hasil rekaman.tak tersisa lagi dana untuk rekaman ulang.Sementara di sisi lain,pihak band masih terbebani biaya untuk pemolesan mixing dan mastering seluruh lagu.
Bahkan satu peristiwa yang sempat membuat jantung para personel Burgerkill terasa "ngeri-ngeri sedap"adalah ketika master rekama "Dua Sisi" yang belum melalui proses mixing dan mastering lenyap.
"Master tape-nya sempat hilang dua hari di ambil tukang becak gara-gara ketinggalan di depan pagar kost-an gue.Waktu itu gue sama anak-anak kemaleman pulang habis nongkrong di ujung berung.Pas pulang ke kost-an udah di kunciin sama yang punya,jadi kami ketiduran di depan pagar sampai pagi.Nah pas di bukain pagarnya kami langsung pada masuk kamar lanjutin tidur,kelupaan ada (bungkusan) plastik isi master "Dua Sisi" ketinggalan di depan pagar,terus di ambil sama tukang becak yang lewat! dua hari kami nyari-nyari info tukang becaknya alhamdulilah ketemu,yerus kami harus tebus lagi bayar 300.000 ke tukang becak nya,kenang" Eben sambil tertawa.
Bagi eben yang di hubungi MUSIKERAS,bagaimana pun "Dua Sisi" adalah fondasi musik Burgerkill yang membuat mereka kokoh berdiri dan terus berkembang sampai sekarang.bahkan kalaupun di beri kesempatan,Burgerkill tak akan berniat merevisi album tersebut.
"Buat kami album itu adalah catatan sejarah.bisa di dengarkan pengaruh musik kami di awal-awal yang terpengaruh New York hardcore,Europe Hardcore dan Old School Hardcore.Kekurangan-kekurangn di "Dua Sisi" adalah membentuk (musik)burgerkill sekarang.Begitulah adanya,tutur eben menegaskan.
Malah,saat mengerjakan album "Adamantine"(2018) personel burgerkill saat ini-Eben,Vicky Mono (Vokal),Agung Hellfrog (Gitar),Ramdan Agustiana (Bass) dan Putra Pra Ramadhan (Drum)-mengaku kembali mendengarkan "Dua Sisi" untuk meresapi kembali spirit,agresi serta emosi yang tetcurah di album tersebut.
"Kami sempat binggung di 'Adamantine' mau ngapain lagi? akhirnya re-visit lagi 'Dua Sisi'.Kayak band baru lagi.Jadi 'Dua Sisi' itu related banget dengan 'Adamantine',"ungkap eben meyakinkan.
Di luar perkiraan,20 tahun perilisan "Dua Sisi",pandemi Covid-19 mendadak datang mendera dan membuyarkan momentum Burgerkill untuk merayakan ulang tahun album tersebut.Tadinya,sempat tercetus niat menggelar tur kecil-kecilan untuk merayakannya,yang sekaligus di kaitkan dengan hari jadi ke-25 Burgekill.Tapi apa boleh buat,semuanya harus di tunda.kini,untuk mengisi kekosongan,Burgerkill berencan mengabadikan "Dua Sisi" dalam format piringan hitam,tradisi yang telah di lakukan sejak album fenomenal "Beyond Coma And Despair" (2006).
Sementara itu,pada 2 agustus 2020 lalu,Burgerkill baru saja melepas video musik terbaru berjudul "Paradoks",yang merupakan single dari album "Adamantine".
Empat hari lalu,band asal ujung berung,Bandung ini juga merilis kaset album "Adamantine" dalam jumlah terbatas,yakni hanya 500 keping,dan langsung terjual habis dalam hitungan 24 jam!
Senin, 08 Juni 2020
Forgotten Janjikan Amunisi Lebih Sompral Di Album Terbaru Mereka Yang Akan DatangSetelah “Kaliyuga” Forgotten menggoda kita dengan album baru mereka yang akan datang
Jumat, 29 Mei 2020
Burgerkill Rilis Album EP yang Berjudul 'Killchestra'
Band metal asal kota Bandung, Burgerkill telah merilis album mini terbaru mereka bertajuk ‘Killchestra’. Uniknya, album ini meng-kolaborasikan instrumen orchestra didalam nya.
“Yes, Finally @burgerkill’s official new EP Album ‘Killchestra @burgerkillofficial’s new EP Album ‘Killchestra’ will be released on April 19th, 2020 as limited 300 copies of Boxset Vinyl + CD and Gatefold Vinyl.” Tulis Burgerkill di akun Instagram mereka.
“Ini adalah salah satu album tereklektik yang pernah kami kerjakan dengan ide vital yang luas dan hal baru dalam aransemen musik kami,” lanjut Burgerkill.
Total akan ada enam buah lagu yang terdapat di mini album tersebut, mulai dari “Anjing Tanah”, “Penjara Batin”, “An Elegy”, “Only the Strong”, “Angkuh” dan “Tiga Titik Hitam”.
Untuk aransemen musik dalam lagu tersebut dipercayakan kepada Alvin Witarsa. Dalam album tersebut Burgerkill juga dibantu oleh Czech Symphony Orchestra, sebuah orkestra dari Praha, Republik Ceko