Kamis, 30 Juli 2015
Bandung Blasting 2015: Indonesia Metal Global Attack
By: Kimun666
Cita-cita untuk berbaur di dunia metal internasional sesungguhnya sudah dipupuk oleh para musisi metal kita sejak awal terbangunnya ranah musik ini di awal 1990an. Namun demikian, perbincangan yang serius mengenai semakin mendesaknya kebutuhan metal Indonesia untuk go internasional mulai mengemuka tahun 2008 pasca tragedi AACC di Bandung. Saat itu band-band metal besar Bandung seperti Burgerkill, Forgottten, Jasad, Beside, dan lain-lain di-blacklist oleh pihak aparat karena berpotensi mengundang keramaian (5000 sampai 15.000 audiens sekali Burgerkill manggung) dan meresahkan aparat. Band-band ini susah sekali manggung di Indonesia sehingga muncul kesadaran bahwa negara ini sudah semakin kecil untuk mereka dan karenanya mereka harus segera mencari ranah permainan yang lebih luas : dunia.
Hal selanjutnya adalah regenerasi yang sangat cepat di ranah musik metal. Puluhan band metal baru lahir setiap tahunnya, ratusan demo dan karya musik dirilis seiring dengan kelahiran band-band baru ini. Sementara itu ranah musik metal, masyarakat secara umum, aparat pemerintah, dan juga penggiat industri musik masih saja gagal mewadahi potensi yang luar biasa ini. Ketiadaan panggung untuk band-band baru ini menampilkan karya membuat kondisi semakin tidak kondusif dan daya cipta tak tersalurkan. Sementara, panggung-panggung pergelaran musik masih saja dikuasai nama-nama lama: Burgerkill, Jasad, Forgotten, dan lain-lain. Kita bisa melihat headliner dalam festival-festival musik keras seperti Bandung Berisik, Hellprint, Hammersonic, Rock in Solo, Rock in Celebes, Soundrenaline, dan masih banyak festival lain, bandnya ya itu lagi, itu lagi. Jika di tahun depan festival-festival ini masih saja didominasi nama-nama band lama tersebut maka jelas itu menunjukkan fenomena industri musik dan dinamika komunitas musik yang tidak sehat. Maka band-band headliners ini memang harus mengalah. Mereka harus menyerahkan tahta mereka kepada band-band yang lebih muda agar kondisi musik metal tetap segar. Mereka harus segera mencari ranah permainan yang lebih luas yakni dunia.
Pergaulan dengan ranah musik dunia juga setidaknya mengkondisikan musik metal Indonesia untuk go internasional. Sejak 2007, Indonesia dibanjiri kedatangan band-band metal internasional di mana band-band lokal juga turut tampil—dikondisikan oleh event organizer hanya sebagai pembuka band-band tersebut. Padahal secara kualitas tentu saja berani diadu. Namun yang bicara saat itu tentu bukan masalah kualitas namun masalah mentalitas. Kecenderungan pendewaan band produk asing harus didobrak, salah satunya adalah band Indonesia harus tampil sejajar dengan band asing. Sebetulnya, jika saja penggiat event organizer ini bisa melihat di akar rumput bahwa hari ini audiens Indonesia lebih bangga menjadi fans band lokal seperti Burgerkill atau Jasad daripada band-band asing yang tidak mereka kenal, maka mereka tentu akan menempatkan band-band lokal ini sejajar dengan band-band asing. Visi ini benar saja dibuktikan dengan prestasi internasional Burgerkill yang meraih penghargaan Metal As Fuck 2013 dari Golden Gods Metal Hammer mengalahkan band-band dunia lainnya. Penghargaan tngkat dunia juga mampir kepada band-band Bandung, Godless Symptons dan Nemesis, walau hanya sampai di tahap nominator.
Kiprah promotor Jason Hutagalung, orang Indonesia yang tinggal di Australia, serta gelombang kedatangan para intelektual asing ke Indonesia sejak 2008 hingga 2012 memperkuat kekuatan lokalitas ini. John Resborn, Lena Resborn, Philip Heilmeyer, Jack Frost, Jorg Bruggemann, dan tentu saja Dom Lawson dari Metal Hammer Magazine, mengatakan bahwa kekuatan sebenarnya dari metal Indonesia adalah mereka sanggup membangun ranah musik ini seperempat abad terakhir dengan konten lokal yang kuat. Dom bahkan menyatakan kekagumannya kepada Bandung Berisik, event tahunan metal yang sangat kuat mengangkat konten lokal dan tetap bertahan bahkan menjadi legenda pergelaran musik metal Indonesia. Jikalaupun kemudian ada konten band asing di dalam pergelarannya maka pasti berhubungan erat dengan sejarah perkembangan musik metal terutama di Ujungberung Rebels, Bandung, dan Indonesia.
John Resborn dan Dom Lawson bahkan kemudian menjadi jembatan band-band Indonesia—terutama Bandung—untuk tampil di panggung musik metal Eropa. Melalui jejaring John dan Dom, dua band utama Indonesia, Burgerkill dan Jasad akhinrya tampil di tiga festival utama dunia tahun ini: Obscene Extreme Metal Fest di Cekoslovakia, Wacken Festival di Jerman, dan Bloodstock Festival di Inggris. Sepanjang tahun ini ranah musik metal Bandung—terutama Ujungberung Rebels bahu membahu mempersiapkan hal ini. Mereka membuat satu program terobosan bernama Bandung Blasting 2015. Untuk selanjutnya program ini akan dipertahankan sehingga setiap tahun bisa memberangkatkan band-band metal Bandung untuk bergulat di percaturan dunia internasional.
Sebelumnya, partisipasi Kimung dan Felencia Hutabarat di podium Aalto University School of Economic and Business, Helsinki, Finlandia, sebagai pembicara di Modern Heavy Metal Conference 2015 bisa dikatakan memperkuat wacana semakin butuhnya ranah musik metal Indonesia menggebrak dunia internasional. Melalui konferensi ini ditegaskan bahwa tak hanya infrastruktur industri musik yang harus dibangun, namun juga infrastruktur pemikiran, ideologi, termasuk jejaring intelektual tingkat universitas harus sudah mulai dibimbing agar terbuka kepada kemajuan ranah musik metal Indonesia dan posisinya di dunia, sehingga secara strategis bisa menempatkan diri sebaik-baiknya di tengah percaturan ranah musik metal dunia. Bandung Blasting 2015 pada gilirannya bisa menjembatani pembangunan intelektualitas serta infrastrutur ranah musik metal tersebut. Kompleksnya program yang melibatkan kerja sama berbagai kelompok masyarakat, aparat pemerintah, dan industri musik ini membuat wacana mengenainya menjadi luas dan strategis untuk diperbincangkan.
And here we go now! Bandung Blasting 2015 memberangkatkan dua band metal utama Indonesia, Jasad dan Burgerkill. Dalam rngkaian program ini Jasad akan tampil di Oscene Extreme Metal Fest di Cekoslovakia tanggal 7 Juli 2015 dan kemudian di Bloodstock Festival tanggal 8 Agustus 2015 di Inggris. Sementara itu Burgerkill akan tampil di Wacken Festival, tanggal 31 Juli 2015, di Jerman, dan akan bertemu Jasad di Bloodstock Festival, tanggal 8 Agustus 2015 di Inggris. Didukung penuh oleh The Metal Rebel yang dimotori John Resborn dari Swedia, rangkaian program Indonesia global metal ini tentu akan membukakan banyak pintu Indonesia bagi dunia dan mebangun jalan bagi band-band metal Indonesia untuk bertempur di ranah yang sama dengan band-band dunia ainnya. Ini tentu harus disambut dengan optimistik. Bukan hanya oleh ranah musik metal namun juga oleh aparat pemerintah dan juga kelompok masyarakat. Banyak kini yang harus dibangun. Mungkin, sarana pergelaran musik metal, studio latihan yang bagus, studio rekaman, bantuan bagi sekolah-sekolah musik, dukungan kepada riset-riset mengenai musik metal, pembangunan jejaring akademik tingkat universitas, bantuan pada usaha kecil menengah yang selama ini secara mandiri digarap dan setelah seperempat abad ini menciptakan Kota Bandung sebagai kota kreatif, banyak hal. Namun satu hal yang pertama dan utama sebelum itu semua : keterbukaan pada potensi anak muda ini, bahwa mereka ini ada, besar, dan potensial. Semoga sukses selalu untuk kita semua! #BandungBlasting2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar