Kamis, 05 Januari 2012

Memplagiat Kiamat

Semuanya berawal dari sebuah kondisi ketidak jelasan dan kegamangan kami mensikapi kenyataan.Ketika mereka ramai berbicara tentang rencana kota ini dijadikan sebagai proyek percontohan 'Kota Kreatif Se-Asia Pasifik'.Ketika mereka asik berbagi teori dan argumen tentang bagaimana seharusnya membangun 'Kota Kreatif Yang Bermartabat'
sementara persoalan mendasar di level akar rumput sama sekali tidak mereka sentuh.Ketika wacana 'Industri Kreatif untuk kesejahteraan bangsa' justru yang terjadi sekarang adalah 'industri kreatif untuk kesejahteraan bangsa' justru yang terjadi sekarang adalah 'industri kreatif untuk mensejahterakan pengusaha'.Kami dipaksa tertawa ketika harus membandingkan kawan kami yang bertugas sebagai 'penjaga distro' gaji perbulannya 900ribu sementara pendapatan bos nya 60 juta perbulan.Kawan kami megap-megap setiap bulannya mencoba menyelesaikan persoalan hidup yang serba matematis.Bagaimana cara melunasi kontrakan,membayar cicilan motor,biaya kesehatan,makn sehari-hari dan mencoba menabung untuk dana pensiun.Sementara setiap tahun boss nya gonta-ganti mobil dengan cicilan perbulannya empat puluh kali nilai jumlah gaji kawan kami.Hingga akhirnya kami yang setiap malam dipaksa terdampar kembali di pinggir jalan tenggelam dalam alur diskusi sengit ketika beberapa kawan yang lain mulai mengeluh tentang betapa sulitnya perijinan untuk menggelar event musik underground yang berdampak pada menurunnya apresiasi masyarakat terhadap hasil karya mereka.Beberapa band baru dengan semangat menggebu memimpikan tentang panggung musik untuk menyalurkan hasrat.
Di sisi lain,kami melihat semangat radikal baru pada diri orang-orang tersebut.
Setidaknya mereka sudah mempunyai kesadaran bahwa kondisi sekarang sama sekali tidak baik-baik saja.Mereka melihat sendiri ketika acara-acara yang diorganisir oleh EO yang melibatkan pemodal besar mendapatkan tempat dan pelayanan yang layak dari aparat pemegang kebijakan.Sebuah kondisi diskriminatif dimana aparat dan birokrat lebih memihak pada pemodal besar.Mereka menyatakan ingin menggunakan lebel kami pada apa yang mereka ingin lakukan untuk menggelar konser-konser ilegal,membuat zine underground serta unit bisnis berbasiskan kolektifisme-yang tentu saja kami tidak memiliki keanggotaan,tidak mengenal struktur organisasi yang resmi kolektif dan anti hirarki -maka tidak ada alasan lagi,langkah baru tersebut harus didukung sepenuhnya serta kami berharap untuk tidak akan pernah mengesampingkan ide-ide baru,apapun bentuknya,walaupun sebagian dari mereka tampaknya belum mengerti benar tentang kolektif ini dan hanya sekedar bergerak ke depan melalui apa yang mereka yakini dan secara tidak langsung telah membuat langkah baru bagi program-program dalam mensikapi kondisi terkini.Untuk saling lebih mengenal kami mulai melakukan diskusi intensif mengenai seni dan wacana industri kreatif itu sendiri.Maka kami memberikan beberapa contoh bahwa sebetulnya 'Seni' mampu dijadikan sebagai alat perlawanan.
16 Januari 1963 beberapa pelajar dari Carcas,Venezuela,membuat sebuah penyerangan bersenjata terhadap sebuah eksibisi seni perancis dan membawa lari lima buah lukisan terkenal,yang mana mereka mendeklarasikan bahwa mereka akan mengembalikan kelima lukisan tersebut untuk dipertukarkan dengan pembebasan tahanan politik di Vanezuela.Para pemerintah tentu tidak tinggal diam karena perampokan lukisan ternama tersebut akan mencoreng muka mereka di mata dunia internasional,terlebih lagi bagi negara penyelenggara eksibisi,perancis.Usaha pemerintah untuk mengambil kembali lukisan-lukisan tersebut akhirnya berhasil setelah harus terlibat sebuah kontak senjata dengan beberapa pelajar tersebut.Tapi beberapa hari kemudian,beberapa pelajar lain melemparkan dua buah bom kepada mobil plisi yang di gunakan untuk membawa lukisan tersebut,walaupun akhirnya tetap tidak berhasil menghancurkan kelima lukisan tersebut.Tahanan politik tersebut berasal dari beberapa kolektif secara yang aktif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar